Bagian Ketujuhbelas
Beberapa waktu yang lalu, surat kabar Wall Street Journal
menuliskan laporan mengenai aktivitas kelompok-kelompok misionaris yang
jumlahnya tak terhitung yang bertujuan untuk mengkristenkan kaum muslimin.
Menurut suratkabar ini, gereja-gereja dengan mengirmkan misonaris-misionaris
ke sebagian wilayah Afrika dan Asia telah berusaha untuk mengubah akidah
umat Islam. Wall Street Journal menulis bahwa para penerbit telah mencetak
banyak buku mengenai bagaimana cara menarik kaum muslimin. Buku ini dibuat
sesuai perkembangan di kalangan muslim dan setiap babnya diberi nama sesuai
dengan nama
surat-surat dalam Al-Quran.
Lebih jauh lagi, Wall
Street Journal juga melaporkan bahwa para misionaris Amerika mengirimkan
anggota-anggota mereka ke berbagai negara muslim dunia dengan berkedok
sebagai guru, penerjemah, wakil perdamaian, atau pedagang. Orang-orang ini
dengan menggunakan gereja atau lembaga-lembaga Kristen telah menjalin
hubungan dengan masyarakat pribumi lalu berusaha membentuk kelompok-kelompok
Kristen.
Salah satu negara muslim terpenting yang menjadi sasaran
para misionaris adalah Turki. Karena letak geografisnya yang unik, yaitu
berada di antara Eropa dan Asia, Turki memiliki posisi yang penting dan
sensitif. Aspek geopolotik Turki yang penting itu membuat negara ini selalu
menjadi perhatian negara-negara Eropa. Usaha negara-negara Barat untuk
menanamkan pengaruh di Turki telah dimulai sejak periode pemerintahan
Utsmani dan para misionaris memiliki peran besar dalam usaha ini.
Pada awal abad ke-19, kawasan-kawasan penting dunia
seperi Asia Kecil, di antaranya Armenia dan Turki, selat Bosporus dan
Dardanela, Timur Tengah, Mediterania, dan Makedonia, dikuasai oleh
pemerintahan Utsmani. Di wilayah kekuasaan Utsmani yang amat luas itu, hidup
para pengikut berbagai agama dan kondisi ini dimanfaatkan oleh para
misionaris. Dengan dalih memberikan pengajaran agama kepada kelompok agama
minoritas, para misionaris Barat memasuki wilayah Utsmani. Kemudian, sedikit
demi sedikit, para misionaris menjalankan peran sebagai agen perluasan
pengaruh negara-negara Barat yang mengirim mereka, di kalangan pemerintah
negara muslim tersebut.
Pemerintah Inggris, Perancis, Rusia, dan Amerika adalah
di antara negara-negara Barat yang memanfaatkan para misionaris untuk
memperluas pengaruh mereka terhadap pemerintahan negara-negara muslim. Di
samping mendirikan lembaga-lembaga agama, langkah pertama yang diambil oleh
para misionaris ketika memasuki wilayah Utsmani adalah mendirikan yayasan
pendidikan. Menjelang Perang Dunia Pertama tahun 1914, lebih dari 1300
yayasan Perancis, Inggris, dan Amerika aktif menjalankan kegiatan mereka di
berbagai pelosok wilayah Utsmani. Robert College adalah salah satu sekolah
yang didirikan oleh misionaris pada tahun 1863 di kota Istambul. Sekolah ini
dikelola oleh para misionaris Amerika. Menurut tulisan Athen Sezar, seorang
penulis Turki, yayasan ini memiliki peran yang sangat besar dalam
menggerakkan orang-orang Bulgaria untuk memisahkan diri dari kekuasaan
Utsmani.
Yayasan-yayasan misionaris berperan untuk menciptakan
perasaan kebanggaan etnis dan ras di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan
untuk meningkatkan pertentangan dan bentrokan di wilayah Utsmani. Dengan
meningkatkannya fanatisme kesukuan dan ras, perasaan kesatuan di antara kaum
muslimin di wilayah Utsmani kian menurun. Penciptaan perpecahan dan
perselisihan serta melenyapkan keutuhan dan persatuan kaum muslimin, selalu
menjadi salah satu tujuan para misionaris karena dengan cara inilah mereka
bisa mencapai keinginan mereka di bidang politik, budaya, dan sosial.
Seorang pendeta bernama Simon menyatakan bahwa persatuan
Islam adalah harapan bangsa-bangsa muslim yang sadar, dan dengan cara itu
mereka berusaha keluar dari pengaruh Eropa. Masalah ini hanya bisa dicegah
oleh program-program misionaris karena program-program itu menampilkan wajah
Eropa dengan menarik dan bisa menghancurkan persatuan kaum muslimin.
Para misionaris dalam pengajaran di sekolah-sekolah
mereka berusaha menampilkan wajah Eropa yang menarik ke dalam benak
anak-anak muda muslim. Akibatnya, mereka melupakan sejarah bangsa mereka
yang penuh kebanggaan. Menurut Kardinal Lavie Garry, “Tanpa diragukan lagi,
agama yang paling kuat dan tidak bisa ditaklukkan adalah agama Islam. Oleh
karena itulah para misionaris berharap agar seluruh kaum muslimin menjadi
Kristen. Meskipun para misionaris juga menyebarkan ajaran mreka di kalangan
Budha dan Hindu, namun tujuan asli mereka adalah kaum muslimin.”
Dengan tujuan untuk melemahkan pemerintahan Utsmani,
aktivitas misionaris di kawasan ini semakin meningkat. Setiap kali pejabat
politk Utsmani berencana untuk membatasi aktivitas misionaris Barat itu,
mereka akan berhadapan dengan tekanan poltik pemerintah pelindung misionaris
tersebut. Akhirnya mereka pun terpaksa mengambil langkah mundur. Kuat atau
lemahnya pemimpin yang berkuasa di wilayah Utsmani akan mempengaruhi
besarnya pengaruh misionaris dalam pemrintahan. Sebagai contoh bisa dilihat
pada masa kepemimpinan Said Pasha di Mesir yang saat itu berada di bawah
kekuasaan Utsmani. Karena kepemimpinannya yang lemah, dia disukai oleh para
misionaris. Sebaliknya, ketika Ismail Pasha berkuasa, dia melarang segala
aktivitas misionaris. Akibatnya, dia selalu menjadi sasaran celaan para
misionaris dan mendapat tekanan dari negara-negara Barat.
Dengan melemahnya pemerintahan Utsmani dan naiknya Kamal
Attaturk ke tahta kekuasaan, para misionaris semakin bebas melaksanakan
aktivitas mereka. Bahkan, sebagian kebijakan politik Attaturk sejalan dengan
tujuan para misionaris. Misalnya, perintah Attaturk untuk mengubah huruf
Turki dengan huruf Latin adalah upayanya untuk memotong hubungan kaum
muslimin dengan warisan Islam yang kaya. Lebih jauh lagi, Attaturk bahkan
menutup semua sekolah Islam di Turki dengan alasan penyeragaman kurikulum
pendidikan di negara itu. Sebaliknya, pusat-pusat pendidikan misionaris
Barat diizinkan untuk terus beroperasi dan bahkan pada tahun 1930,
sekolah-sekolah AS di Turki dibebaskan dari pajak. Sepeninggal Attaturk,
kegiatan misionaris ini masih terus berlanjut dan mendapat tentangan keras
dari masayarakat muslim Turki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar