Senin, 16 Januari 2012

Sejarah Gerakan Misionaris Di Dunia Islam 14

Bagian Keempat Belas
 
Menyusul keruntuhan Uni Soviet dan kemerdekaan negara-negara Asia Tengah, puluhan kelompok misionaris atas dukungan negara-negara Eropa dan Amerika dikirimkan ke wilayah ini. Pada pertemuan kita kali ini, kami akan membahas kegiatan para misionaris di Azerbaijan. Selamat mengikuti.

Secara umum, metode yang dipakai delegasi misionaris di Azerbaijan sama dengan metode mereka di Afrika. Mereka memanfaatkan situasi sosial-ekonomi yang buruk di negara tempat mereka bertugas dan dengan berbagai cara mereka berusaha melakukan berbagai infiltrasi di tengah masyarakat. Kemiskinan dan kesulitan ekonomi dan sosial di negar-negara yang baru merdeka seperti Azarbaijan merupakan kondisi yang cocok bagi para misionaris untuk melaksanakan misi mereka. Para misionaris itu mendapat dukungan dana yang besar dan perlindungan politik dari negara-negara Barat, seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, dan Belgia.
Misionaris Barat ini berusaha menyembunyikan tujuan politik dan budaya mereka dengan cara mendirikan berbagai organisasi. Mereka menampakkan kepada masyarakat bahwa tujuan mereka adalah menolong kemanusiaan. Namun, karena kebutuhan ekonomi rakyat Azerbaijan, mereka juga melakukan pemaksaan. Misalnya, sebagaimana yang dilakukan oleh sebuah organisasi bantuan kemanusiaan bernama Adra.
Harian Musawat Nawin, terbitan Baku, mengenai organisasi ini menulis, meskipun sudah jelas bahwa organisasi ini adalah sebuah gerakan misionaris yang disponsori Amerika, namun para pejabatnya menyangkal kenyataan tersebut. Ketika pejabat Azerbaijan mengumumkan bahwa organisasi ini adalah sebuah lembaga misionaris Amerika, pemimpinnya, Vaksun malah menyatakan bahwa ada 400 ribu warga Azarbaijan yang mendapat bantuan dari organisasi ini. Dia mengancam, bila tekanan dari para pejabat politik dan media massa  Azerbaijan terus berlangsung, organisasi ini akan menghentikan bantuannya tersebut.
Dukungan langsung pemerintahan negara-negara Barat seperti AS atau organisasi keamanan dan kerjasama Eropa (OSCE) terhadap kelompok-kelompok misionaris ini justru semakin membuka tujuan politik mereka. Perlindungan kedutaan besar AS di Azerbaijan terhadap kelompok misionaris dengan alasan melindungi kebebasan aktivitas kelompok agama juga lebih membuktikan kenyataan ini.
Sementara kementrian luar negeri AS mengklaim bahwa agama minoritas di Azerbaijan menghadapi berbagai masalah, kelompok misionaris Barat dengan bebas dan leluasa melakukan aktivitas mereka. Menyusul adanya kesempatan untuk mendaftarkan secara resmi organisasi dan yayasan agama di Republik Azerbaijan, aktivitas misionaris di negara ini semakin meningkat. Di antara organisasi-organisasi yang telah mendaftarkan diri, lebih dari 40 di antaranya adalah organisasi yang terkait dengan kelompok Kristen dan Yahudi. Perlu disebutkan pula bahwa banyak kelompok misionaris lainnya yang tetap melakukan aktivitasnya meskipun belum mendaftarkan diri.
Padahal, pemerintah Azerbaijan sudah menuduh bahwa sebagian organisasi-organsasi misionaris tersebut sebagai mata-mata. Nomik Abasov, menteri keamanan Republik Azerbaijan dalam wawancara dengan televisi negara itu menyatakan, “Agen keamanan negara-negara luar yang berkedok organisasi misionaris memiliki tujuan masing-masing di Azerbaijan yang bertentangan dengan kepentingan negara ini.” Dalam masalah ini, pemerintah Baku bahkan sudah mengusir beberapa misionaris Barat yang terbukti melakukan aktivitas ilegal dan mata-mata. Namun, atas bantuan pejabat AS, mereka bisa kembali lagi ke Azerbaijan dan meneruskan kegiaan mereka.
Di sisi lain, tampak bahwa tindakan pemerintah Baku dalam memberantas aksi mata-mata para misionaris masih bersifat setengah-setengah. Para misionaris di Azerbaijan hingga kini bebas menyebarkan buku-buku dan brosur propaganda Kristen di jalan-jalan dan stasiun-stasiun yang dipenuhi lalu-lalang masyarakat. Sebaliknya, penduduk Azerbaijan yang 90% di antaranya adalah muslim malah menemui banyak kesulitan dalam mengajarkan agama Islam di kalangan mereka sendiri. Sebagai contoh, Menteri Pendidikan dan Pengajaran Azerbaijan, Misir Mardinov, menentang dicantumkannya mata pelajaran agama di sekolah-sekolah. Menurut pandangan pengamat masalah Azerbaijan, tindakan ini menunjukkan adanya upaya dari pihak pemerintah untuk mengurangi peran Islam dalam kehidupan masyarakat di negara ini.
Para misionaris juga sangat memperhatikan penyebaran ajaran Kristen di tengah anak-anak. Alasannya adalah karena anak-anak memiliki hati yang masih bersih dan polos. Ajaran dan pendidikan apapun yang ditanamkan kepada anak-anak akan berpengaruh hingga ketika ia besar nanti. Kepribadian sejati seorang manusia dibentuk sejak ia masih kanak-kanak. John Moot, seorang misionaris terkenal pernah menyatakan, “Kita harus menarik anak-anak ke dalam ajaran Kristen sejak mereka masih kecil.”
Tahun yang 2002 yang lalu, sebuah surat kabar “Echo” terbitan Baku edisi 9 April menulis bahwa gereja Baptist di Azerbaijan telah memanfaatkan kondisi kemiskinan anak-anak untuk menarik mereka ke dalam ajaran Kristen. Anak-anak yang menjadi terget gereja ini adalah mereka yang berusia antara 6 hingga 10 tahun.
Selain itu, para misionaris juga menyusup ke militer Azerbaijan. Sabir Hasanali, sekretaris urusan umat muslimin Kaukasus dan Rektor Universitas Islam Republik Azerbaijan dalam sebuah wawancara dengan televisi INS Azerbaijan, menyatakan, “Anggota misionaris dengan memanfaatkan kesulitan hidup para tentara angkatan bersenjata Azerbaijan, berusaha untuk menjauhkan mereka dari Islam.” Sayyid Mahdi Kaliov peneliti di bidang ilmu keislaman berkeyakinan bahwa sembilan puluh persen aktivitas misionaris di Azerbaijan adalah untuk membawa negeri ini ke dalam perang saudara.

Tidak ada komentar: