Bagian Kedua
Pada bagian pertama
acara ini, telah disebutkan proses masuknya misionaris Kristen bersama
tentara imperialis Eropa ke negara-negara timur, termasuk negara-negara
Islam, untuk menyampaikan ajaran agama mereka. Aktivitas dan kinerja
misionaris ini bisa disebut sebagai bantuan terhadap imperialis. Kini timbul
pertanyaan, faktor apakah yang menyebabkan gerakan misionaris ini
bekerjasama dengan imperialisme di negara-negara Islam?
Sebagian
para pakar menyebutkan bahwa akar utama kerjasama antara gerakan misionaris
dengan para imperialis ialah perang salib. Salah satu periode yang amat
penting dalam sejarah hubungan dunia Islam dan Kristen adalah era Perang
Salib. Perang Salib dimulai
pada tahun 1095 Masehi atau 489 Hijriah dan
berlangsung sampai selama hampir dua abad. Jumlah perang yang terjadi
selama masa itu tidaklah jelas, namun perang terbesar terjadi sepuluh kali
dan di setiap perang terjadi banyak pertempuran. Di sepanjang Perang Salib,
yang dimulai dengan serangan orang-orang Kristen ekstrim untuk menaklukkan
Baitul Maqdis, ratusan ribu umat Islam telah terbunuh. Namun, umat Islam
berhasil mempertahankan Baitul Maqdis dan tentara salib terpaksa
meninggalkan Suriah, Mesir, dan kawasan muslim lainnya.
Banyak
pendapat yang dikemukakan mengenai penyebab dan motivasi terjadinya Perang
Salib ini. Doktor John L. Esposito, dosen universitas George Town Amerika
menulis: Sebagian besar masyarakat Barat mengakui adanya kenyataan tertentu
yang berhubungan dengan Perang Salib, tetapi banyak di antara mereka yang
tidak mengetahui bahwa Perang Salib yang mengakibatkan korban yang amat
besar ini adalah atas perintah Paus. Bagi umat Islam, kenangan atas Perang
Salib merupakan satu contoh nyata dari militerisasi kristen ekstrim, sebuah
kenangan yang membawa pesan bagi serangan dan imperialisme Kristen barat.
Menurut
para ahli sejarah, Perang Salib adalah hasil dari kebijakan para pemimpin
gereja, pemerintah Eropa, serta misionaris yang menentang Islam. Sikap tamak
dan kefakiran yang melanda masyarakat Barat membuat mereka berambisi merebut
kekayaan umat Islam dan inilah salah satu alasan dimulainya Perang Salib.
Alasan-alasan lainnya adalah keinginan mengekspansi wilayah Eropa, timbulnya
fanatisme terhadap agama, keinginan untuk menaklukkan Baitul Maqdis, serta
membebaskan pemakaman suci di sana.
Perang
Salib pertama dimulai di bawah pimpinan Urbanus kedua. Dengan fatwa para
pendeta kristen, pasukan besar Eropa, disertai tokoh-tokoh pemerintah Eropa
dan pimpinan gereja bergerak menuju Baitul Maqdis yang berlokasi di tanah
pendudukan Palestina. Di sepanjang kota-kota Islam yang mereka lalui, mereka
membunuhi ratusan ribu manusia, lelaki, wanita, dan anak-anak. Sejarawan
terkenal Perancis, Gustav Lubon mengenai Perang Salib menulis, “Di zaman
terjadinya Perang Salib, peradaban timur berada dalam tahap kegemilangannya
berkat Islam. Sebaliknya, Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kezaliman. Ada
sekelompok tentara salib yang ganas. Mereka membunuh dan merampok kawan
maupun lawan, kelompok sendiri maupun pasukan asing.”
Perang
Salib membawa kemajuan sosial bagi masyarakat Barat. Rakyat Eropa yang saat
itu berperadaban rendah, mulai mengenal kecemerlangan peradaban umat Islam
dan mereka mulai mempelajari ilmu dan peradaban dari rakyat muslim. Tetapi,
seperti apa yang telah ditulis oleh sejarawan terkenal bernama Twin B,
“Orang-orang Kristen mengambil manfaat dari kemajuan peradaban dan kesenian
umat Islam tetapi permusuhan bersejarah fanatisme Kristen dengan Islam Timur
tidak pernah berkurang.”
Will Durant
penulis sejarah yang terkenal, mengenai infiltrasi dua dunia, yaitu Kristen
dan Islam, di sepanjang Perang Salib, menulis, “Infiltrasi dunia Kristen
terhadap Islam hanya terbatas pada sebagian budaya agama dan perang, tetapi
dunia Islam melakukan berbagai infiltrasi dalam dunia kristen. Sebaliknya,
dari Islam, Eropa mengadopsi makanan, minuman, obat-obatan, kedokteran,
persenjataan, selera dan kecenderungan seni, metode industri dan perdagangan,
undang-undang, dan metode kelautan.
Di
sepanjang era perang Salib dan pasca perang, terutama ketika Byzantium jatuh
ke tangan umat Islam, mereka mulai merusak citra Islam dan menyajikan
gambaran yang telah diubah di kalangan orang-orang Kristen. William
Montgomery Watt, seorang peneliti Inggris, pernah menulis bahwa wajah Islam
yang telah diubah oleh pendeta Kristen. Dalam pemikiran umat Kristen pada
abad ke-12 ditanamkan penggambaran bahwa Islam itu agama pedang dan
kekerasan serta Nabi Muhammad SAW adalah penentang Nabi Isa a.s. Menurut
Watt, hasil dari distorsi penggambaran Islam ini berlanjut hingga abad ke-19
dalam pemikiran orang-orang Eropa. Malah, hingga saat ini, distorsi itu
tetap kekal dalam pemikiran masyarakat Barat dan dampaknya masih bisa
dilihat sampai hari ini. Watt juga menambahkan bahwa pembentukan gambaran
buruk mengenai Islam sebagian besar merupakan reaksi umat Kristen yang
melihat bahwa peradaban umat Islam di Andalus amat tinggi melampaui mereka.
Sebagian
peneliti menyebutkan selain Perang Salib, alasan politik juga menjadi
penyebab lain terjadinya kerjasama antara misionaris dengan imperialis.
Mereka menggunakan ucapan pemimpin gereja seperti Yulius Richter sebagai
dalil. Yulius telah mencerca umat Kristen yang telah membiarkan kekaisaran
Byzantium secara berangsur-angsur digantikan oleh emperator Islam dan
berlanjut dengan jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke tangan umat
Islam. Para peneliti yang berpendapat seperti ini sepertinya lupa bahwa
infiltrasi umat Islam di berbagai penjuru dunia muncul sebelum adanya
gerakan militer. Infiltrasi ini berakar dari masalah kebudayaan dan
kepercayaan.
Dari sudut
ini, bisa dipahami mengapa umat Islam dalam masa yang singkat dan dengan
fasilitas yang sedikit bisa memperluas kekuasaannya. Thomas V Arnold,
menerangkan falsafah kemajuan Islam sebagai berikut.
“Ketika
tentara Islam tiba di Jordan, orang-orang Kristen Jordan menulis surat yang
isinya sbb: Wahai umat Islam, kalian lebih kami sayangi daripada orang-orang
Roma, meskipun mereka seagama dengan kami, tetapi kalian berperilaku lebih
mulia, lebih adil, dan lebih baik terhadap kami.”
Infiltrasi
dan perkembangan Islam di Eropa, bisa disebutkan sebagai salah satu dari
penyebab terjadinya kerjasama antara gerakan misionaris gereja dengan pihak
imperialis. Menurut pandangan Norman Daniel dalam bukunya berjudul “Islam
and the West: The making of an image”, penentangan politik dunia Kristen
terhadap dunia Islam berubah menjadi satu pemikiran yang menguasai Barat.
Ide ini terus tertanam dalam pikiran Barat meskipun ideologi persatuan Eropa
telah hancur dan agama Kristen telah terpecah menjadi Katolik dan
Protestant.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar