Keselamatan dalam pandangan
Al-Qur'an dan Alkitab
Umat Kristiani
sangat yakin bahwa agama Kristen dengan Alkitab dan Yesus, adalah untuk seluruh
dunia, seluruh alam semesta. Keyakinan mereka tersebut berdasarkan beberapa ayat
dalam Alkitab, yaitu pada Injil Matius pasal 28 ayat 19 dan Injil Markus pasal
16 ayat 15 yang bunyinya sebagai berikut :
“Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat 28 : 19)
Berdasarkan
ayat tersebut mereka yakin bahwa Yesus memerintahkan kepada murid-muridnya untuk
menjadikan semua bangsa agar dibaptis menjadi pengikutnya, alias harus
dikristenkan.
Kemudian
berdasarkan Injil Markus pasal 16 ay
at 15 tertulis pesan Yesus sebagai
berikut:
“Lalu ia
berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, berikanlah Injil kepada
segala makhluk.” (Mar 16 :
15)
Pesan-pesan
Yesus pada ayat-ayat tersebut oleh umat Kristiani itu dianggap pesan suci.
Kenapa? Sebab menurut Alkitab, ketika Yesus meninggalkan pesan seperti itu, pada
saat itu dia diangkat ke langit.
Oleh sebab itu
bagi umat Kristiani itu adalah pesan Yesus yang terakhir ketika dia berada di
bumi. Makanya pesan Yesus tersebut disebut “Amanat Agung” Yesis Kristus.
Disamping itu terdapat begitu banyak ayat-ayat di dalam Alkitab yang membuat
mereka begitu yakin bahwa hanya agamanya saja (Kristen) yang menyelamatkan.
Sebagai contoh kami angkat beberapa ayat yang menjadi andalan atau rujukan
mereka sebagai berikut :
“Kata Yesus
kepadanya : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14 :
6)
Ayat ini
merupakan “ayat emas” yang sangat dibanggakan oleh setiap umat Kristen.
Bayangkan saja tidak ada seorangpun yang akan selamat kalau tidak melalui Yesus.
Artinya jika mau selamat, maka jalan satu-saunya harus menjadi pengikut Yesus
alias harus masuk agama Kristen. Kalau begitu berdasarkan ayat tersebut, maka
kesimpulannya keselamatan itu hanya ada dalam Yesus. Pertanyaannya : bagaimana
dengan umat Islam, apakah ada keselamatan pada mereka? Jika tidak ada
keselamatan di dalam Islam, bagaimana nasib umat Islam di seluruh
dunia?
“Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3 :
16)
Ayat ini pun merupakan ayat emaas.
Intinya kehidupan kekal itu hanya bisa diperoleh apabila kita percaya bahwa
kematian Yesus di kayu salib itu adalah dalam rangka menebus dosa-dosa manusia,
karena itu merupakan kasih karunia Allah melalui Anak-Nya yaitu Yesus, yang mati
di kayu salib dalam rangka menebuhs dosa-dosa manusia.
Pertanyaannya: bagaiamana dengan umat Islam yang tidak percaya Yesus mati di
kayu salib dan tidak percaya kematian Yesus dalam rangka untuk menebus dosan?
Apakah kaum muslimin tidak akan memperoleh kehidupan kekal itu?
“Dan keselamatan
tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong
langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4 :
12)
Ayat ini
adalah tulisan Lukas. Intinya yaitu mengingatkan kepada kita manusia bahwa
keselamatan itu tidak ada di dalam nama siapapun melainkan hanya ada di dalam
nama Yesus.
Oleh sebab
itu, menurut iman umat Kristen, hanya di dalam nama Yesus saja adanya
keselamatan itu, tidak kepada lainnya. Pertanyaannya : Jika di bawah kolong
langit ini keselamatan itu hanya ada dalam nama Yesus berarti di dalam nama Nabi
Muhammad saw. tidak ada keselamatan. Kalau begitu bagaimana nasib umat Islam di
dunia ini? Apakah mereka tidak akan selamat karena memilih menjadi pengikut Nabi
Muhammad, bukan pengikut Yesus?
“Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa
Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan.” (Roma 10 : 9)
Ayat ini
adalah surat kiriman
Paulus kepada jemaat di Roma. Intinya yaitu, kalau kita mengaku dengan mulut dan
percaya dalam hati bahwa Yesus adalah Tuhan yang dibangkitkan Allah dari antara
orang mati, maka kita akan diselamatkan. Ayat ini memberikan iming-iming yang
sangat mudah yaitu hanya percaya Yesus adalah Tuhan, maka akan
diselamatkan.
Pertanyaannya
: bagaimana dengan naisb kaum muslimin yang semuanya tidak percaya Yesus sebagai
Tuhan, paakah mereka tidak akan diselamatkan?
Keselamatan dalam pandangan
Al-Qur'an
Umat Islam
berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir dan beliau
adalah penutup para nabi dan Al Qur’an adalah kitab suci yang terakhir, serta
agama Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah Swt. dan agama yang telah
disempurnakan-Nya. Dasarnya adalah sebagai berikut :
Nabi Muhammad
penutup para Nabi
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا
أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ
اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
40. Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs 33 Al Ahzaab 40)
Nabi Muhammad
diutus untuk menjadi rahmat semesta alam
“Dan tidaklah Kami
mengutusmu (Muhammad) melainkan rahmat bagi semesta alam.”
Nabi Muhammad,
Al Qur’an dan agama Islam dimenangkan oleh Allah Swt.
“Dia-lah yang
mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik
benci.”
Islam agama yang sah disisi
Allah
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ
مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ
فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
19. Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya. (Qs 3 Ali Imran 19)
Tidak ada keselamatan selain dalam
Islam
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
85. Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (Qs 3 Ali Imran 85)
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ
يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا
وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
83. Maka apakah mereka mencari
agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala
apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Qs 3 Ali Imran 83)
Islam agama yang sempurna dan
diridhoi
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ
الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا
أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ
تَسْتَقْسِمُوا بِالأزْلامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
Diharamkan bagimu
(memakan) bangkai, darah daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
(Qs 5 Al-Maidah 3)
(Qs 5 Al-Maidah 3)
Al Qur’an adalah kitab suci yang
sempurna
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ
صِدْقًا وَعَدْلا لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
115. Telah sempurnalah kalimat
Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat
merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha
Mengetahui. (Qs 6 Al An'aam 115)
Berdasarkan
ayat-ayat Al Qur’an, keselamatan itu hanyalah ada di dalam Islam, dalam Qur’an
atau harus menjadi pengikut Nabi Muhammad. Tetapi berdasarkan ayat-ayat Alkitab
(Bible), ternyata keselamatan itu hanyalah ada dalam nama Yesus. Pertanyaannya:
Mungkinkah dua-duanya benar? Kalau dua-duanya benar, pasti mustahil. Mungkinkah
dua-duanya salah? Tidak mungkin! Benar, pasti salah satu, tetapi yang mana?
Jawabannya silahkan baca pada bab-bab berikutnya.
[1223]. Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.
[189].
Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Syarat-syarat
Kitab Dikatakan Suci
-
Harus benar-benar bersumber dari Allah Swt.
-
Allah yang mewahyukan harus bersifat Maha atas segala sesuatu
-
Harus mempertahankan bahasa aslinya ketika nabi itu menerima wahyu-Nya
-
Penerima wahyu harus jelas orangnya, benar-benar jujur & berakhlak mulia
-
Tidak mengajarkan ajaran yang kejam dan sadis
-
Memberikan pelajaran dan menunjuki manusia kepada jalan yang benar
-
Ayat-ayatnya tidak boleh bertentangan satu sama lainnya
-
Berbicara tentang ilmu pengetahuan harus bisa dibuktikan
-
Harus sesuai dengan fitrah manusia
-
Kitab tersebut harus bisa memberikan kesaksian bahwa dia diwahyukan oleh Allah Swt.
-
Tidak boleh melecehkan terhadap nabi-nabi Allah
-
Tidak membeberkan cara merayu wanita dan pornografi secara vulgar
-
Harus ada perkataan dari Allah bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain diri-Nya (Qs 20 : 14, 21 : 25)
-
Harus ada nama agama yang berasal dari Tuhannya, bukan dari manusia atau panggilan orang (Qs 3 : 19, Qs 3 : 85, 5: 3)
-
Terjaganya seluruh wahyu itu dengan hafalan para pemeluknya dari awal diwahyukan sampai kiamat.
-
Dan lain-lain.
Itulah syarat-ayarat pokok yang
harus dipenuhi oleh sebuah kitab yang bisa disebut Firman Tuhan atau kitab
suci.
1. HARUS BENAR-BENAR BERSUMBER DARI
ALLAH SWT.
Kitab suci
agama Kristen yang bernama Bible, yang dalam bahasa Indonesia umatnya menyebut
Alkitab bersumber dari :
1. Wahyu /
Firman Allah
2. Sabda para
Nabi Allah
3. Dari
Penulis Alkitab / Bible / Injil
4. Dari
orang-orang yang dikenal maupun tidak dikenal
Sedangkan
kandungan Alkitab :
1. Perintah
dan larangan Allah
2. Perintah
dan larangan dari Nabi-Nya
3. Ajaran dari
penulis kitab tersebut
4.
Cerita-cerita sejarah
5. Cerita
tahayul dan khurafat
6. Surat-surat
percintaan
7. Cerita
pornografi dan lain-lain
Jika kita baca
Alkitab dengan seksama, ternyata kandungannya adalah 100% kitab Ilahi, dan
sekaligus 100% kitab insani, artinya bercampur antara wahyu dan
bukan.
Kalau kita
teliti membaca Alkitab, kemudian kita pilah-pilah antara firman Allah dan yang
bukan, maka akan jelas sekali terlihat Alkitab sebagian besar bukan wahyu
Allah.
Ayat-ayat di
bawah ini dapat dibedakan mana yang dari Allah, NabiNya, dari penulis Alkitab,
dari orang yang dikenal maupun tidak dikenal.
Wahyu Allah
:
Lagi firman Allah kepada Abraham :
Lagi firman Allah kepada Abraham :
“Dari
pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu
turun-temurun.inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara
Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus
disunat…” (Kejadian 17 : 9 – 10)
Dari
penulis Alkitab : Dan ketika genap delapan hari & Ia harus
disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yangj disebut oleh malaikat sebelum
Ia dikandung ibu-Nya (Lukas 2 :
21)
Dari
Nabi-Nya : Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang
dari umat Israel.” (Matius
15 : 24)
Dari orang
yang dikenal maupun tidak dikenal : Teofilus yang mulia, Banyak orang
kita, seperti yang disamaikan kepada kita telah berusaha menyusun suatu berita
tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara oleh mereka, yang dari
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. (Lukas 1 :
1-3)
Perhatikan dan
bedakan lagi contoh ayat-ayat seperti di bawah ini, maka akan terlihat jelas,
mana yang wahyu Allah, mana yang dari nabi-Nya, yang dari penulis Alkitab,
maupun yang dari orang yang dikenal maupun tidak.
Wahyu Allah
: Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku
telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang
tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di
luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, (Yesaya 45 :
5/6)
Dari Nabi-Nya
: Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang
Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa. “ (Markus 12 :
29)
Dari orang
yang dikenal maupun tidak : Lalu kata ahli Taurat itu berkata kepada Yesus :
“Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia Esa, dan bahwa tidak ada yang
lain kecuali Dia. (Markus 12 :
23)
Dari
penulis Alkitab : Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti,
bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan
Kristus.” (Lukas / Kis 2 : 36)
Sangat berbeda
jauh dengan Al Qur’an, sebab kitab suci umat Islam ini terpisah antara ucapan
dan perbuatan nabi-Nya.
Dalam Islam,
semua wahyu atau firman Allah dibukukan dalam satu kitab yaitu Al Qur’an. Semua
ucapan, tindakan, perbuatan dan aturan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
dibukukan dalam satu kitab tersendiri yaitu kitab Hadits. Dan sejarah perjalanan
hidup beliau juga dibukukan dalam kitab yang lain lagi, yaitu kitab Sirah
Nabawiyah. Jadi jelas tidak bercampur, sehingga siapapun bisa menilai
perbedaannya antara kitab suci Al Qur’an dan Alkitab (Bible).
Di dalam kitab suci agama Kristen
(Alkitab) semuanya bercampurh menyatu di dalamnya, sehingga sulit dibedakan mana
yang benar-benar wahyu atau firman Allah, mana yang ucapan rasul atau nabi-Nya,
mana ucapan atau pendapat penulis Alkitab itu sendiri, mana cerita-cerita
sejarah, mana yang hanya cerita atau informasi dari
orang-orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal dan lain-lain. Semuanya
menyatu dan tidak dipisahkan.
Sumber Al Qur’an
dari Allah Swt.
Al Qur’an,
kitab suci umat Islam berasal dari Allah. Sebagaimana pernyataan dan
tantangannya bagi siapa yang meragukan kebenarannya:
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا
كَثِيرًا
82. Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(Qs 4 An Nisa’ 82)
Ayat di atas
memberikan pengertian bahwa Al Qur’anitu benar-benar berasal dari Allah Swt,
bukan dari lainnya. Buktinya tidak didapati ayat-ayat yang bertentangan di dalam
Al Qur’an. Kalau ada orang yang mengatakan ada yang bertentangan dalam Al
Qur’an, itu bukan pertentangan, tapi pemahamannya yang belum sampai
kesitu.
وَمَا كَانَ هَذَا
الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ
يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
37.
Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran
itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang
telah ditetapkannya[691], tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam.
(Qs 10 Yunus 37)
Pada ayat
tersebut 2 (dua) kali Allah berikan kesaksian bahwa yang mengadakan Al Qur’an
adalah Dia sendiri. Jadi jelaslah bahwa Al Qur’an itu sendiri bisa memberikan
kesaksian bahwa dia benar-benar berasal dari Allah Swt, bukan dari
lainnya.
Ayat seperti
ini tidak kita jumpai didalam Alkitab / Bible setebal itu.
[[691]. Maksudnya Al Quran
itu menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al
Quran itu
2. TUHAN YANG
MEWAHYUKAN HARUS BERSIFAT MAHA ATAS SEGALANYA
Mari
kita simak dengan cermat ayat kitab umat Kristen yang tertulis dalam Kejadian 6 : 5 – 7 berikut ini :
“Ketika dilihat
Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan
hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa
Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
Berfirmanlah Tuhan : ”Aku akan mengapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu
dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan
burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan
mereka.”
Ayat di atas
ini sebenarnya kalau umat Kristen sedikit serius dan jeli, itu sangat melecehkan
terhadap kemahakuasaan Allah. Ayat tersebut sangat jelas menunjukkan kekeliruan
dan ketidak mahakuasaan Allah itu sendiri.
Penulis
Alkitab menceritakan rencana awal ketika Tuhan menciptakan manusia, dimana Tuhan
bermaksud semua manusia hidup tanpa dosa, tanpa cela, tanpa masalah.
Tetapi setelah makhluk yang bernama
manusia itu tercipta, dalam perjalanan kehidupan manusia itu sendiri, hasilnya
tidak seperti yang Dia inginkan.
Ternyata
manusia ciptaan-Nya itu cenderung membuahkan kejahatan semata, maka menyesalah
Tuhan bahwa Dia telah menjadikan manusia di bumi ini. Saking rasa menyesal
begitu berat, maka membuat hati Tuhan pilu. Maka untuk menghapus manusia dari
kejahatan yang mereka buat, didatangkan-Nya air bah untuk melenyapkan semua
manusia saat itu, kecuali Nabi Nuh beserta keluarganya dan orang-orang yang
beriman kepadanya.
Sungguh ironis
sekali jika Tuhan ditempatkan oleh penulis Alkitab sebagai perancang atau
pencipta yang keliru. Tentu hal ini akan membuat setan dan kawan-kawannya bangga
atas kekeliruan Tuhan. Setan-setan tentu menertawakan Tuhan bahkan meledek Dia,
karena setan-setan merasa menang dalam menggoda manusia ciptaan Tuhan sehingga
mereka tergelincir dalam dosa dan kejahatan. Dan dalam cerita tersebut,
dilukiskan penyesalan Tuhan yang begitu mendalam hingga hati-nya sangat pilu
karena kegagalan yang dibuat oleh Tuhan sendiri.
Satu hal lain
yang perlu kita catat, bahwa jika nanti di akhirat kita akan dilemparkan oleh
Tuhan ke dalam api neraka, manusia berhak memprotes terhadap keputusan Tuhan
yang akan menghukum kita. Kenapa? Sebab terciptanya kita manusia di muka bumi
ini, semuanya bukan atas kehendak kita sendiri, tetapi atas
kehendak-Nya.
Dialah Allah
yang telah menjadikan dan menciptakan kita, tanpa diminta oleh kita bukan? Maka
jika kita manusia akan disiksa di api neraka, itu suatu keputusan Tuhan yang
keliru, sebab semua kesalahan tidak boleh ditimpakan kepada kita manusia, karena
yang bersalah justru Tuhan itu sendiri.
Buktinya Tuhan
mengaku dengan jujur dan polos bahwa Dia keliru telah menjadikan manusia yang
ternyata cenderung berbuat kejahatan di muka bumi. Bagaimana mungkin kesalahan
Tuhan ditiumpakan kepada manusia!
Oleh sebab itu
kalau perlu di akhirat nanti kita adakan demo secara besar-besaran menentang
keputusan Tuhan, karena Dia telah melanggar Hak Asasi Manusian (HAM)
bukan?
Semua ini
membuktikan bahwa si penulis Alkitab tidak profesional, karena menempatkan Tuhan
pada posisi yang lemah.
Justru dengan
adanya ayat-ayat seperti itu, membuat para pembaca Alkitab yang serius dan
kritis, akan memberikan penilaian yang salah terhadap isi Alkitab, apalagi
menyangkut ketidak mahakuasaan Tuhan itu sendiri. Halinitentu merupakan
pelecehan terhadap Tuhan, sekaligus membuktikan bahwa Alkitab tidak semuanya
berisi wahyu atau firman Allah, tetapi banyak yang berasal dari tulisan
manusia.
Tuhan Tidak
Tahu??
Silahkan baca
Kejadian 18 : 20 – 21
“20.
Sesudah itu berfirmanlah Tuhan : “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang
Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. 21. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar
mereka telah berkelakuan seperti keluah kesah
orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak
mengetahuinya.”
Menurut
penulis Alkitab, di kala dosa dan kebejatan yang begitu besar telah terjadi di
kota Sodom dan Gomorah,
malaikat Tuhan melaporkan kejahatan mereka kepada Tuhan. Untuk mengetahui apakah
laporan malaikat tersebut benar atau tidak, maka Tuhan harus turun ke dunia
untuk mengetahuinya.
Dilukiskan
oleh penulis Alkitab bahwa Tuhan perluh turun ke bumi untuk membuktikan laporan
malaikat yang sampai kepada-Nya. Penulis Alkitab init idak menyadari bahwa
ayat-ayat tersebut justru benar-benar sangat merendahkan kemahakuasaan
Tuhan.
Kalau laporan
kasus Sodom dan Gomorah saja lantas Tuhan harus turun ke dunia untuk
mengetahuibnya, bagaimana dengan laporan malaikat di jaman sekarang, dimana
jumlah manusia sudah begitu banyaknya (sekitar 6 milyar) dan kejahatan sangat
sulith dhitung jumlahnya? Kalau semata itu harus dicek kembali satu persatu
kebenarannya oleh Tuhan dengan turun ke dunia ini, kapan urusan Tuhan akan
selesai? Kalau begitu diana letak kemahakuasaan Tuhan itu sendiri?
Jika ayat
tersebut benar-benar wahyu Allah, berarti Allah di dalam Alkitab tersebut tidak
memiliki sifat Maha atas segala sesuatu, dan Dia bersiat lemah seperti makhluk
makhluk ciptaan-Nya. Tapi itulah kenyataannya dan demikianlah apa yang harus
diimani oleh umat Kristiani karena mereka merasa yakinn bahwa Alkitab adalah
100% wahyu Allah yang tidak mungkin bisa salah atau keliru, walaupun
bertentangan dengan hati nurani mereka.
Kenyataan
bahwa Tuhan benar-benar turun ke bumi untuk mengetahui laporan malaikat
kepada-Nya, tertulis jelas di dalam Alkitab dimana Abraham datang mendekat dan
berdiri di hadapan Tuhan, hingga terjadilah dialog antara Tuhan dan Abraham
sebagai berikut :
Abraham :
“Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar Bersama-sama dengan orang fasik?
Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota
itu? Apakah engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya
karena kelima puluh orang benar di dalamnya itu? Jauhlah kiranya dari pada-Mu
untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik,
sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya
yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan
adil?” (Kej 18: 23 – 25)
Tuhan :
“Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota
Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka.” (Kej 18 : 26)
Abraham:
“Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku
debu dan abu, sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang
benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima
itu?” (Kej 18 : 27 – 28)
Tuhan :
“Aku tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima disana.” (Kej 18 : 28)
Abraham
:”Sekiranya empat puluh lima didapati disana?” (Kej 18: 29)
Tuhan :
“Aku tidak akan berbuat demikian karena yang empat puluh lima itu.” (Kej 18 :
29)
Abraham:
“Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga
puluh didapati disana?” (Kej 18 : 30)
Tuhan :
“Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh disana.” (Kej 18 : 30)
Abraham :
“Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua
puluh didapati disana?” (Kej 18 : 31)
Tuhan :
“Aku tidak akan memusnahkannya karena yang dua puluh itu.” (Kej 18 : 30)
Abraham :
“Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja.
Sekiranya sepuluh didapati disana?” (Kej 18 :
32)
Yang menarik
dari ayat-ayat Alkitab tersebut terlihat sepertinya Abraham main-main dengan
Tuhan. Dan yang lebih tidak rasional yaitu Tuhan koq dinasehati oleh Abraham.
Bagaimana mungkin manusia bisa menasehati Tuhan? Mestinya Tuhanlah yang
menasehati manusia, bukan sebaliknya!
Tuhan
Berpikir
Bacalah Kejadian 18 : 17
“Berpikir Tuhan :
“Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan
ini?”
Kalau untuk
mengatakan kepada seorang saja (nabi Abraham) lantas Tuhan berpikir dulu,
bagaimana di zamanh sekarang yang sudah semakin modern dan canggih, apalagi
jumlah manusia telah mencapai sekitar lebih kurang 6 (enam) milyar.
Berbagai
masalah, kejadian, problematika, dan kasus yang terjadi di dunia yang semakin
tidak kruan ini, kalau semuanya itu harus dipikirkan oleh Tuhan, bisa
dibayangkan, bagaimana sibuk dan pusingnya Tuhan dalam mengatasi manusia di
dalam semesta ini.
Maaf, kalau
kualitas ilmu pengetahuan Tuhan yang ada di dalam Alkitab hanya seperti itu,
bisa-bisa Tuhan stress, mungkin bisa gila! Na’udzubillahi min
dzaalik!
Tuhan tidak
mungkin punya sifat lemah yang digambarkan oleh penulis Alkitab pada ayat-ayat
tersebut.
Kalau
ayat-ayat itu diyakini sebagai firman Allah, ini berarti Tuhan di dalam Alkitab
tersebut tidak memppunyai sifat Maha atas segala sesuatu, bahkan Dia sama
seperti makhluk ciptaannya.
Karenanya
bagaimana mungkin kita manusia harus menjadikan Dia sebagai satu-satunya yang
mutlak serta berbakti dan menyembah hanya kepada-Nya, dan yang menentukan
keselamatan semua umat manusia, sementara Dia sendiri tidak punya sifat Maha
atas segalanya?
Sekarang
marilah kita lihat dan membandingkan bagaimana Tuhan (Allah) yang ada di dalam
kitab suci Al Qur’an, apakah Dia bersifat Maha atas segala sesuatu atau tidak!
Perhatikan ayat-ayat sebagai berikut:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ
لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ
أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
12. Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. (Qs 65 Ath Thalaq 12)
Subhanallah!!
Dari satu ayat ini saja jelas sekali terlihat betapa luar biasa ilmu Allah dalam
Al Qur’an. Betapa Maha Kuasanya Dia terhadap segala sesuatu. Dan betapa ilmu-Nya
tidak terbatas meliputi segalanya.
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ
الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا
تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا
رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
59. Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Qs Al An’am 59)
Subhanallaah!!! Dari ayat Al Qur’anj
tersbeut, jelas sekali kita melihat suatu perbedaan yang sangat menyolok antara
Alkitab (Bible) dengan Al Qur’an.
Ayat-ayat
Bible tadi terlihat betapa Allah ilmu-Nya sangat terbatas, sehingga Dia harus
keliru, menyesal, tidak tahu, berpikir dan lain-lain. Sementara Allah dalam Al
Qur’an pada ayat-ayat tadi dijelaskan bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
dan ilmu-Nya tidak terbatas. Bahkan segala kunci yang ghaib semuanya
diketahui-Nya.
Nah, Allah inilah yang pantas kita
sembah, kita jadikan satu-satu tumpuan hidup, tempat kita memohon pertolonan,
karena Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu dan Dia punya sifat Maha atas
segalanya
3. HARUS
MEMPERTAHANKAN BAHASA ASLI KETIKA NABI MENERIMA WAHYU
Al Qur’an
sejak diturunkan pertama kali kepada Rasulullah Muhammad saw. sampai sekarang,
bahkan sampai kiamat, tetap mempertahankan bahasa aslinya yaitu bahasa
Arab.
Coba
perhatikan ayat-ayat AL Qur’an sebagai berikut :
الر تِلْكَ آيَاتُ
الْكِتَابِ الْمُبِينِ
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
1. Alif, laam, raa. Ini
adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). 2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Qs 12 (Yusuf) 1- 2)
Perhatikan
juga ayat berikut ini:
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا
عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
3. Sesungguhnya Kami
menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami(nya). (Qs 43 Az Zukhruf 3)
Apda kedua
ayat tersebut Allah sendiri yangn memberikan kesaksian bahwa Al Qur’an itu Dia
yang turunkan dalam bahasa Arab. Dan terbukti sejak dahulu sampai sekarang
bahkan sampai hari kiamat, Al Qur’an akan tetap mempertahankan bahasa Arab
sebagai aslinya.
Al Qur’an
walaupun sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia, tetapi tetap
didampingi dengan konteks bahasa aslinya yaitu bahasa Arab. Hal ini bisa kita
buktikan, kemanapun kita kelilingi negara yang ada di dunia, pasti Al Qur’an
akan kita jumpai didampingi dengan bahasa Arab.
Berbeda dengan
Alkitab (Bible), bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani sudah tidak ada lagi. Kalau
bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani benar-benar ada, mengapa tidak dicopi dan
diperbanyak?
Kepintaran
manusia di jaman sekarang sudah sangat luar biasa, bahkan manusia sudah sampaike
bulan. Dengan teknologi yang begitu canggih, apa sulitnya memperbanyak Alkitab
berbahasa aslinya kalau memang ada?
Bagaimana Dengan
Alkitab?
Ternyata kitab
suci umat Kristiani yaitu Alkitab (Bible) tidak mempertahankan bahasa aslinya,
sebab bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani sudah tidak ada lagi. Pernyataan bahwa
Alkitab berbahasa asli sudah tidak ada lagi, itu bukan pendapat atau perkiraanh
kami, tetapi ditulis oleh penulis Alkitab dengan jelas di dalam Alkitab itu
sendiri. Perhatikan bunyi mukadimah Injil Matius sebagai berikut :
“Menurut
tradisi (yang tidak sepenuhnya terjamin kebenarannya) Injil pertama ditulis oleh
rasul Matius. Ia juga bernama Lewi (mrk
2 : 14 dan Luk 5 :
27). Menurut tradisi yang tua sekali, Matius menulis Injilnya dalam
bahasa “Ibrani” artinya bahasa Aram yang menjadi bahasa rakyat di Palestina.
Tetapi Injil asli itu (kalau pernah ada) segerah diterjemahkan ke dalam bahasa
Yunani. Injil dalam bahasa Ibrani itu tidak ada lagi.”
Bunyi
pernyataan dalam mukadimah Injil Matius tersebut, kami kutip dalam In jil
terbitan LBI tahun 1975 Percetakan Arnoldus Ende.
Rasanya
mukadimah pada Injil Matius tersebut, terlalu berani dan polos. Baru memulai
tulisannya dalam mukadimah Injil Matius, penulis Alkitab sudah mengatakan “yang
tidak semuanya terjamin kebenarannya.” Nah kalau kebenaran injil Matius tersebut
tidak semuanya dijamin kebenarannya, bagaimana kita harus mempercayainya sebagai
100% firman Tuhan? Ini berarti bahwa di dalam Injil Matius itu sendiri, tidak
semuanya benar-benar terjamin kebenarannya.
Kemudian masih
dalam mukadimah Injil Matius tersebut, penulis Alkitab ungkapan dengan jujur
sebagai berikut : “Injil asli itu kalau pernah ada”, ini menunjukkan bahwa Injil
asli itu memang sudah tidak ada lagi. Sebab katanya kalau ada, segera
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.
Hal ini lebih
memperkuat bahwa memang benar bahwa Injil asli berbahasa Ibrani itu benar-benar
sudah tidak ada lagi. Tetapi kata-kata pembukaan (mukadimah) dalam Injil Matius
tersebut, tidak lagi dijumpai pada Alkitab cetakan sekarang ini, karena tidak
dimuat lagi.
4. PENERIMA WAHYU
HARUS JELAS, JUJUR DAN BERAKHLAK MULIA
Alkitab yang
dipakai oleh umat Kritstiani dewasa ini, tidak mencantumkan nama-nama
penulisnya. Jika kita lihat dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan terbitan
Gandum Mas Malang cet. I tahun 1994 dan ke 2 tahun 1996 yang dicetak Lembaga
Alkitab Indonesia, disitu tertulis jelas nama-nama penulis Alkitab, tahun berapa
ditulis dan lain-lain. Kami kutip apa adanya sebagai berikut :
PERJANJIAN
LAMA
No.
|
Nama
Kitab
|
Penulis
|
Tahun
|
1
|
Kejadian
|
Musa
|
1445 – 1405
SM
|
2
|
Keluaran
|
Musa
|
1445 – 1405
SM
|
3
|
Imamat
|
Musa
|
1445 – 1405
SM
|
4
|
Bilangan
|
Musa
|
1405
SM
|
5
|
Ulangan
|
Musa
|
1405
SM
|
6
|
Yosua
|
Yosua
|
Abad 14
SM
|
7
|
Hakim
|
?????
|
1050 – 1000
SM
|
8
|
Ruth
|
?????
|
Abad ke 10
SM
|
9
|
1 Samuel
|
?????
|
Ahir abad 10
SM
|
10
|
2 Samuel
|
?????
|
Ahir abad 10
SM
|
11
|
1 Raja-Raja
|
?????
|
560 – 550
SM
|
12
|
2 Raja-Raja
|
?????
|
560 – 550
SM
|
13
|
1 Tawarikh
|
Ezra / ?
|
450 – 420
SM
|
14
|
2 Tawarikh
|
Ezra / ?
|
450 – 420
SM
|
15
|
Ezra
|
Ezra
|
450 – 420
SM
|
16
|
Nehemia
|
Ezra / Nehemia
?
|
430 – 420
SM
|
17
|
Ester
|
?????
|
460 – 400
SM
|
18
|
Ayub
|
?????
|
?????
|
19
|
Mazmur
|
Daud + ?
|
Abad 10 – 5
SM
|
20
|
Amsal
|
Salomo + ?
|
70 – 700
SM
|
21
|
Pengkotbah
|
Salomo ?
|
935
SM
|
22
|
Kidung 2
|
Salomo ?
|
960
SM
|
23
|
Yesaya
|
Yesaya
|
700 – 680
SM
|
24
|
Yeremia
|
Yeremia
|
586 – 585
SM
|
25
|
Ratapan
|
Yeremia
|
586 – 585
SM
|
26
|
Yehezkiel
|
Yehezkiel
|
590 – 570
SM
|
27
|
Daniel
|
Daniel ?
|
536 – 530
SM
|
28
|
Hosea
|
Hosea
|
835 – 850
SM
|
29
|
Yoel
|
|
|
30
|
Amos
|
Amos
|
760 – 755
SM
|
31
|
Obaja
|
Obaja
|
840
SM
|
32
|
Yunus
|
Yunus
|
760
SM
|
33
|
Mikha
|
Mikha
|
740 – 710
SM
|
34
|
Nahum
|
Nahum
|
630 – 620
SM
|
35
|
Habakuk
|
Habakuk
|
606
SM
|
36
|
Zefanya
|
Zefanya
|
630
SM
|
37
|
Hagai
|
Hagai
|
520
SM
|
38
|
Zakharia
|
Zakharia
|
520 – 470
SM
|
39
|
Maleakhi
|
Maleakhi ?
|
430 – 420
SM
|
Perhatikan,
semua yang diberi tanda tanya (?). Dari 39 Kitab Perjanjian Lama tersebut, kalau
dihitung, terdapat sekitar 9 Kitab yang tertulis “tidak diketahui siapa
penulisnya” dan ada 4 Kitab lagi yang sebagian tidak jelas sumbernya. Jadi ada
sekitar 13 Kitab dari 39 Kitab Perjanjian Lama versi Katolik yang tidak diakui
oleh pihak Protestan dan disebut sebagai kitab Apokripa, yang dalam bahasa
Yunani artinya “tersembunyi”, yaitu kitab-kitab tertentu dalam Perjanjian Lama
yang tidak dibenarkan untuk bacaan umum di gereja, tai dianggap berharga untuk
studi pribadi dan nilai rohani. Inilah nama 9 Kitab Perjanjian Lama versi
Katolik yang tidak terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama versi Protestan
:
40 Tobit -
To
41 Yudit -
Ydt
42 Tambahan
Ester - T. Est
43
Kebijaksanaan Salomo - Keb
44 Yesush bin
Sirakh - Sir
45 Barukh
& Surat Nehemia -
Bar
46 Tambahan
Daniel - T.Dan
47 Makabe 1 -
1 Mak
48 Makabe 2 -
2 Mak
Dengan adanya
tambahan 9 (sembilan) Kitab pada Perjanjian Lama versi Katolik ini, maka jumlah
Kitab Perjanjian Lama versi Katolik ada 47 (empat puluh tujuh) kitab, sementara
versi Protestan hanya ada 39 (tiga puluh sembilan) kitab.
Timbul
pertanyaan sebagai berikut :
Pertama
: Manakah yang benar jumlahnya 47 Kitab Perjanjian Lama versi Katolik atau
39 Kitab Perjanjian Lama versi Protestan?
Kedua :
Mengapa sudah ribuan tahun tidak diketahui siapa penulis kitab-kitab yang diberi
tanda tanya tersebut?
Ketiga
: Kalau Roh Kudus bisa dimintakan bantuannya, sudah ribuan tahun, kenapa
tidak minta bantuan Roh Kudus untuk menunjukkan siapa nama-naa penulis
kitab-kitab yang tidak diketahui penulisnya itu?
Keempat
: Bagaimana kita mengimani kebenjaran suatu kitab suci jika sumbernya atau
penulisnya tidak jelas, bahkan tidak diketahui?
Sekarang
bagaimana dengan Perjanjian Baru? Perhatikan nama-nama Kitab dan Surat dalam
Perjanjian Baru berikut ini, sehingga para pembaca bisa membedakan mana firman
Tuhna, sabda nabi, dongeng, atau karya penulis Injil itu sendiri yang katanya
mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus:
PERJANJIAN
BARU
No
|
Nama Kitab
|
Penulis
|
Tahun
|
1
|
Injil Matius
|
Matius
|
60-an M
|
2
|
Injil Markus
|
Markus
|
55 – 65 M
|
3
|
Injil Lukas
|
Lukas
|
60 – 63 M
|
4
|
Injil Yohanes
|
Yohanes
|
80 – 95 M
|
5
|
Kisah Rasul
|
Lukas ?
|
63 M
|
6
|
Roma
|
Paulus ?
|
57 M
|
7
|
1 Korintus
|
Paulus
|
55 – 56 M
|
8
|
2 Korintus
|
Paulus
|
55 – 56 M
|
9
|
Galatia
|
Paulus ?
|
49 M
|
10
|
Efesus
|
Paulus ?
|
62 M
|
11
|
Filipi
|
Paulus ?
|
62 - 63 M
|
12
|
Kolose
|
Paulus ?
|
62 M
|
13
|
1 Tesalonika
|
Paulus ?
|
51 M
|
14
|
2 Tesalonika
|
Paulus ?
|
51 – 52 M
|
15
|
1 Timotius
|
Paulus ?
|
65 M
|
16
|
2 Timotius
|
Paulus ?
|
67 M
|
17
|
Titus
|
Paulus ?
|
65 – 66 M
|
18
|
Filemon
|
Paulus ?
|
62 M
|
19
|
Ibrani
|
?????
|
67- 69 ? M
|
20
|
Yakobus
|
Yakobus
|
45 – 49 M
|
21
|
1 Petrus
|
Petrus
|
60 – 63 M
|
22
|
2 Petrus
|
Petrus
|
66 – 68 M
|
23
|
1 Yohanes
|
Yohanes
|
85 – 95 M
|
24
|
2 Yohanes
|
Yohanes
|
85 – 95 M
|
25
|
3 Yohanes
|
Yohanes
|
85 – 95 M
|
26
|
yudas
|
Yudas
|
70 – 80 M
|
27
|
Wahyu
|
Yohanes
|
90 – 96
M
|
Dari 27 (dua
puluh tujuh) kitab Perjanjian Baru tersebut, yang diberi tanda tanya (???)
adalah Kitab Ibrani. Tertulis dengan jelas dalam Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan penerbit Gandum Mas yang dicetak oleh Lembaga Alkitab Indonesia
(LAI) tahun 1994 dan 1996, disitu dijelaskan bahwa kitab tersebut tidak
diketahui siapa penulisnya dan tidak diketahui kepada siapa kitab tersebut
dialamatkan. Pada abad ke 5 Masehi, tersebar sebagian pendapat bahwa itu adalah
tulisan Paulus, tapi sebagian yang berpandangan konservatif berpendapat tidak
mungkin kalau Paulus yang menulis surat tersebut, karena gaya bahasa yang halus
bkan merupakan gayanya Paulus.
Kemudian kalau
kita teliti dan dalami Alkitab, ternyata sebagian besar penulis Injil, mereka
bukan murid Yesus. Injil itu ada 4 (empat) yaitu Injil Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes.
Sebagian besar umat Kristen yakin
bahwa penilis keempat Injil tersebut mereka adalah murid-murid Yesus. Ternyata
Markus dan Lukas tidak terdaftar dari ke 12 murid Yesus. Matius yang terdaftar
dalam Injil sebagai murid Yesus, sebenarnya bukan murid Yesus, itu juga
diragukan apakah dia benar muridnya. Coba perhatikan
daftar murid-murid Yesus pada kolom / tabel di bawah ini sebagai berikut
:
Mar 3 : 16 –
19
|
Luk 6 : 13 –
16
|
Mat 10 : 2 –
4
|
Simon Petrus
|
Simon Petrus
|
Simon Petrus
|
Andreas
|
Andreas
|
Andreas
|
Yakobus anak
Zebedeus
|
Yakobus anak
Zebedeus
|
Yakobus anak
Zebedeus
|
Yohanes sdr Yakobus
|
Yohanes
|
Yohanes sdr
Yakobus
|
Philipus
|
Philipus
|
Philipus
|
Bartolomeus
|
Bartolomeus
|
Bartolomeus
|
Matius
|
Matius
|
Matius
|
Thomas
|
Thomas
|
Thomas
|
Yakobus anak Alfeus
|
Yakobus
|
Simon orang
Zelot
|
Tadeus
|
Tadeus
|
Tadeus
|
Yudas
|
Yudas
|
Yudas
|
Dari keempat
penulis Injil pada tabel tersbeut sama sekali tidak terdaftar nama Markus dan
Lukas. Ini membuktikan bahwa penulis Injil Markus dan Lukas bukan muridnya
Yesus. Yang ada hanyalah nama Matius dan Yohanes.
Tetapi apakah
nama Matius tersebut adalah benar-benar muridnya Yesus yang menulis Injil
Matius? Coba simak ayat Matius 9 : 9 – 10
berikut ini :
“Setelah Yesus
pergi dari situ, ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai,
lalu ia berkata kepadanya : “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikuti
Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut
cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan
murid-muridNya”
Ayat ini
membuktikan bahwa Matius penulis Injil bukanlah murid Yesus. Yang benar-benar
menjadi murid Yesus adalah Matius pemungut cukai yang diajak langsung oleh
Yesus untuk mengikutinya.
Kalau benar
penulis Injil Matius itu adalah murid Yesus, maka kata-kata pada ayat tersebut
bunyinya sebagai berikut :
“Setelah Yesus
pergi dari situ, ia melihat aku duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepadaku :
“Ikutlah Aku.” Maka berdirilah aku lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus
makan di rumahku, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan
bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya” (Matius 9 : 9 –
10)
Kesimpulannya
yaitu penulis Injil Matius bukanlah murid Yesus, tetapi kebetulan sama-sama
bernama Matius.
Sekarang
bagaimana dengan penulis Injil Yohanes? Apakah dia benar-benar termasuk murid
Yesus juga? Bersama ini kami kutip mukadimah Injil Yohanes dalam Kitab
Perjanjian Baru tahun 1983 dari percetakan Arnoldus Ende yang teksnya diambil
dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tahun 1975 berikut ini:
“Tradisi
hampir sepakat menyebut Yohanes pengarang Injil keempat. Ia adalah anak
Zabedeus, dan nelayan. Menurut tradisi Injil itu ditulis bagi orang-orang
Kristen di kawasan Asia Kecil. Waktu itu Yohanes telah menjadi pengikut Yohanes
Pembaptis. Ia secara khusus dikasihi Yesus (kalau memang murid itu benar-benar
Yohanes penulis Injil). Yohanes menulis Injilnya waktu sudah lanjut usia sekitar
tahun 90 M.”
Berdasarkan
mukadimah (pembukaan) Injil Yohanes tersbeut, yaitu tertulis dalam kurung
(“Kalau memang murid itu benar-benar Yohanes penulis Injil”), membuktikan bahwa
penulis Injil Yohanes ini masih diragukan apakah dia itu benar-benar murid Yesus
atau bukan.
Kemudian
sebagian penulis ayat-ayath yang termuat dalam Perjanjian Baru tersebut dulunya
seorangh musuh Yesus, penjahat, pembunuh dan berlatar belakang buruk yaitu
Paulus. Perhatikan kutipan pengakuan Paulus sendiri dalam berbagai
surat-suratnya sebagai berikut :
“Tetapi jika
kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku
masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma 3 :
7)
“Tetapi
Paulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan
menyeret laki-laki dan perempuan keuar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan
ke dalam penjara” (Kisah Para Rasul 8 :
3)
“Jawab Anasias:
“Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyak
kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerussalem.” (Kisah Para Rasul 9 : 13)
“Dan aku telah
menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati, laki-laki dan
perempuan kutangkaph dan kuserahkan ke dalam penjara.” (Kisah Para Rasul 22 : 4)
“Aku yang tadinya
seornag penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah
dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di
luar iman.” (1 Timotius 1 : 13)
“Sebab kamu
telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi : tanpa batas aku
menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya.” (Galatia 1 :
13)
“Hal itu kulakukan
juga di Yerussalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam
penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga
setuju, jika mereka dihukum mati.” (Kisah Para Rasul 26 :
10)
Paulus bagaikan
Bunglon
Cermatilah
ayat-ayat pada 1 Korintus 9 : 20 – 23 berikut
ini:
“20.
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya
aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi roang-orang yang hidup di bawah hukum
Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku
dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 21. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat
kau menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun kau tidak hidup di luar
hukum Allah, karena aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat. 22. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi
seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelematkan mereka yang lemah. Bagi
semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin
memenagkan beberapa orang dari antara mereka. 23.
Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian
dalamnya.”
Semua
ayat-ayat Alkitab tersbeut adalah pengakuan Paulus sendiri. Orang yang berlatar
belakang buruk seperti dia, bagaimana mungkin dijadikan panutan?
Pertanyaannya : ”Siapakah yang menjadi panutan, Yesus atau Paulus?”
Pertanyaannya : ”Siapakah yang menjadi panutan, Yesus atau Paulus?”
5. TIDAK MENGAJARKAN YANG KEJAM DAN
SADIS
Marilah kita
baca Alkitab I Samuel 15 : 2 – 3 yang berbunyi
sebagai berikut :
“2. Beginilah firman Tuhan semesta alam : Aku akan membalas
apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek
menghalangi mereka, ketika orang Israel pergidari Mesir. 3. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek,
tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya.
Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang
menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”
Kalau kita
cermati ayat tersebut, betapa kejam dan sadisnya Tuhan yang digambarkan dalam
Alkitab tersbeut. Kalau benar Tuhan mengajarkan ajaran kasih, mengapa justru
Tuhan menyuruh membunuh tanpa belas kasihan? Dimanakah ajaran kasih yang selama
ini selalu digembar-gemborkan, sementara Tuhan sendiri yang memerintahkan untuk
menumpas tanpa belas kasihan terhadap perempuan, anak-anak, dan bahkan terhadap
anak yang menyusu?
Tuhan menulis
sepuluh perintah Allah (Ten Comandments) di dalam Alkitab, diantaranya yaitu
“jangan membunuh” (Ulangan 5 : 17), tetapi
mengapa Dia sendiri yang menyuruh dan memerintahkan untuk membunuh dengan kejam
dan sadis bahkan tanpa belas kasihan? Bukankah ini merupakan ayat-ayat teroris?
Hanya para teroris yang melakukan seperti itu! Kalau begitu darimana asal mula
,sumber ajaran teroris tersebut?
Selanjutnya
marilah kita baca Ulangan 20 : 12 – 16 sebagai
berikut:
“12. Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan
engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau
mengepungnya; 13. dan setelah Tuhan, Allahmu,
menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh
penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. 14.
Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh
jarahan itu, boleh kau rampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini,
yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, boleh kau pergunakan. 15. Demikianlah harus kau lakukan terhadap segala kota yang
sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa
di sini. 16. Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu
yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kau
biarkan hidup apa pun yang bernafas…”
Ayat-ayat ini
menunjukkan bahwa Tuhan benar-benar sangat kejam dan sadis. Dan ayat-ayat ini
serta ayat-ayat sebelumnya, sepertinya berbicara dalam kondisi perang. Namun
demikian walaupun dalam keadaan perang, sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha
Pengampun, tidak akan hilang begitu saja walaupun dalam kondisi perang.apakah
sekejam dan sesadis itu sifat Tuhan di dalam Alkitab (Bible) terhadap
hamba-hambaNya yang tidak berdaya ketika mengalami kekalahan dalam peperangan?
Dan pelajaran serta hikmah apa yang bisa kita abil dari ayat-ayat tersebut?
Apakah ayat-ayat tersebut mendidik manusia ke jalan yang benar? Bagaimana
mungkin Tuhan memerintahkan kepada manusia untuk melakukan perbuatan keji, sadis
dan biadab tanpa batas, sementara Dia sendiri melarang hambanya berbuat seperti
itu? Bagaimana mungkin Tuhan akan menghukum para pelaku keji, sadis dan biadab
seperti itu, padahal Dia sendiri yang menyuruh melakukannya? Kalau begitu dimana
letak ajaran kasih yang selama ini dipropagandakan oleh Kristen dalam
menyebarkan ajaran agamanya?
Mari kita
bandingkan dengan Al Qur’an, apakah Allah dalam Al Qur’an, apakah Allah dalam Al
Qur’an memerintahkan manusia untuk berbuat kejam dan sadis? Dan apakah dalam
memerangi musuh-musuh Allah, lalu sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Pengampun akan berobah menjadi kejam dan sadis terhadap musuh-musuh yang sudah
tidak berdaya?
Kemudian
bagaimana etika yang diatur oleh Allah dan RasulNya ketika dalam memperlakukan
lawan-lawan yang tidak berdaya maupun terhadap para tawanan perang dan makhluk
lainnya. Mari kita lihat beberapa ayat dan hadis sebagai berikut
:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
190. Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. (1) (Qs 2 Al Baqarah
190)
فَإِذا لَقِيتُمُ الَّذِينَ
كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ
فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا
ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ
بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ
أَعْمَالَهُمْ
4. Apabila kamu bertemu dengan
orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka.
Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah
itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir.
Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka
tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan
orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal
mereka. (Qs 47 Muhammad 4)
Hadits Shahih
Muslim No 1726 menyebutkan, dalam peperangan Rasulullah saw. melarang membunuh
wanita dan anak-anak.
Hadits Shahih
Muslim No 1728 menyebutkan larangan menebang /merusak tanaman.
Subhanallah,
sungguh mulia etika yang diatur oleh Allah dan Rasul Nya ketika menghadapi
musuh-musuh yang memrangi kita, baik secara perorangan maupun ketika dalam
peperangan. Bayangkan saja, terhadap tanaman saja tidak boleh ditebang atau
dirusak begitu saja tanpa alasan yang benar, apabila terhadap manusia. Oleh
sebab itu membunuh wanita, anak-anak dan orang yang sudah tidak berdaya, itu
dilarang dalam ajaran Islam.
Nah dengan
demikian kita manusia bisa mengambil hikmah dan pelajaran atas apa saja yang
telah diatur dan ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya dalam Al Qur’an dan Hadist
Rasulullah saw.
Jadi tuduhan
selama ini yang sering dilontarkan oleh mereka yang benci terhadap Islam bahwa
katanya Islam ajaran Teroris dan Kristen ajarannya Kasih, sama sekali tidak
beralasan karena tidak ada satu dalil atau ayat di dalam Al Qur’an dan Hadits
yang menyuruh atauh memerintahkan untuk melakukan Teroris. Justru ayat-ayat
kejam dan sadis (teroris) begitu banyak kita jumpai di dalam Alkitab. Para
Pendeta pun mengakui bahwa banyak ayat-ayat dalam Alkitab Perjanjian Lama
dimana banyak terdapat firman-firman Allah yang kejam dan berat yang sulit
diikuti oleh Umat Kristiani.
(1). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
ayat ini turun berkenaan dengan "perdamaian di Hudaibiah", yaitu ketika
Rasulullah SAW dicegat oleh kaum Quraisy untuk memasuki Baitullah. Adapun isi
perdamaian tersebut antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada
tahun berikutnya. Ketika Rasulullah SAW beserta shahabatnya mempersiapkan diri
untuk melaksanakan umrah tersebut sesuai dengan perjanjian, para shahabat
khawatir kalau-kalau orang-orang Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan
memerangi dan menghalangi mereka masuk di Masjidil Haram, padahal kaum Muslimin
enggan berperang pada bulan haram. Turunnya "Waqatilu fi sabilillahil ladzina
(S. 2: 190) sampai (S. 2: 193)" membenarkan berperang untuk
membalas serangan musuh. (Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang
bersumber dari Ibnu Abbas.)
6. MENGAJARKAN MANUSIA JALAN YANG
BENAR
Mari kita
membaca Alkitab II Raja-raja 2 : 23 – 24
berikut ini:
“23. Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia
mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta
berseru kepadanya : “Naiklah botak, naiklah botak!” 24. Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat
mereka, dikutuknyalah mereka demi nama Tuhan. Maka keluarlah dua ekor beruang
dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang
anak.”
Sungguh tragis
sekali peristiwa tersebut. Bagaimana mungkin seorang Nabi seperti Nabi Elisa
yang kebetulan kepalanya gundul alias botak, kemudian hanya diolok-olok oleh
anak-anak kecil dengan kata-kata “naiklah botak, naiklah botak!” lalu dia
mengutuk anak-anak tersebut.
Yang lebih
ironis lagi, Nabi Elisa mengutuk mereka demi nama Tuhan. Kemudian Tuhan
mengabulkan permohonan Nabi Elisa, maka keluarlah dua ekorn beruangg hutan yang
ganas lalu mencabik-cabik tubuh anak-anak tadi yang jumlahnya 42 (empat puluh
dua) orang anak.
Timbul
pertanyaan:
Pertama : Apakah pantas
seorang nabi seperti Elisa bisa menimbulkan kemarahan begitu besar hanya
diolok-olok oleh anak-anak kecil?
Kedua : Apakah pantas nabi
Elisa mengutuk anak-anak tadi hanya karena dia diolok-olok?
Ketiga : Apakah pantas Nabi
Elisa memohon kepada Tuhannya agar anak-anak tersebut dibunuh oleh beruang hutan
hanya karena olokan mereka?
Keempat : Wajarkah Tuhan
mengabulkan permintaan Nabi Elisa kepadaNya dengan mengutus dua ekor beruang
hutan untuk mencabik-cabik tubuh anak-anak kecil tersbeut?
Kelima : Apakah seimbang
olokan anak kecil kepada Nabi Elisa ditukar dengan nyawa mereka empat puluh dua
orang mati dicabik-cabik beruang hutan?
Keenam : Mengapa Nabi Elisa
tidak biarkan saja anak-anak tersebut mengolok-olokkannya karena mereka masih
kecil dan belum mengerti akan dosa?
Ketujuh : Mengapa nabi Elisa
tidak maafkan saja mereka yang masih anak-anak itu?
Kedelapan : Apakah Tuhan
tidak tahu bahwa apa yang dilakukan oleh anak-anak itu tidak pantas untuk diberi
ganjaran sampai harus membunuh mereka semua?
Kesembilan : Siapa yang
bedosa dalam hal ini, nabi Elisa atau anak-anak kecil tersebut?
Kesepuluh : Siapa yang kejam dan
sadis dalam peristiwa tersebut, apakah nabi Elisa, anak-anak tersebut atau Tuhan
itu sendiri?
Kesebelas : Contoh atau
pelajaran dan hikmah apakah yang bisa kita ambil atas keteladanan Nabi Elisa
dalam peristiwa tersebut?
Kedua belas: Bagaimana dengan
orang tua dan keluarga dari anak-anak yang semuanya mati dimakan beruang
tersebut, apakah mereka ridho atas perbuatan nabi Elisa terhadap anak-anak
mereka?
Ketiga belas : Apakah
keluarga dari ke 42 anak tadi tidak sedih dan merasa kehilangan anak-anak
kesayangan mereka atas musibah pada kejadian tersebut?
Keempat belas : Apa hikmah
yang bisa kita ambil dari peristiwa yang kejam dan sadis itu?
Kelima belas : Apakah
peristiwa tersebut membimbing dan menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, dan
pendidikan serta pelajaran apa yang Tuhan berikan bagi kita manusia atas
peristiwa itu?
Nah pembacalah
yang akan menilai apakah rasional atau tidak kisah yang sangat memilukan
tersebut. Jika jawabannya rasional, berarti itu benar-benar firman-firman Allah
atau wahyu Allah, tapi kalau jawabannya tidak rasional, maka itu berarti ayat
tersebut bukan yang difirmankan Tuhan atau bukan wahyu Allah.
Sekarang mari
kita bandingkan Nabi Elisa di dalam Al Qur’an, apakah sama seperti yang di dalam
Alkitab? Kalau di dalam Alkitab namanya Nabi Elisa, tetapi di dalam Al Qur’an
namanya Ilyasa’. Perhatikan ayat Qur’an sebagai berikut :
Bagaimana
dengan Nabi Ilyasa’ (Elisa) di dalam Al Qur’an??
86. dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth.
Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), 87. Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebahagian dari
bapak-bapak mereka, keturunan dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih
mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke
jalan yang lurus. (Qs 6 An An’am
86 – 87)
Ayat Al Qur’an
tersebut menjelaskan bahwa Nabi Ilyasa’ (Elisa) adlaah salah satu nabi yang
dipilih Allah untuk menjalankan perintahNya dan Allah jelaskan bahwa Ilyasa’
(Elisa) dilebihkan derajatnya bersama-sama Ismail, Yunus dan Luth. Kemudian
Allah jelaskan bahwa Ilyasa’ (Elisa) bersama keluarga dan orang tua serta
nabilainnya, Dia tunjuki mereka pada jalan yanglurus.
Kalau Allah
telah memilih dan menjadikan Elisa seorang nabi-Nya tentuh sangat mustahil kalau
Nabi Elisa melakukan perbuatan kejam dan sadis, apalagi terhadap anak-anak kecil
yang belum mengerti dosa dan salah.
Kita sebagai
manusia, kalau memilih seorang utusan mewakili negara, tentu kita akan pilih
diantara yang terbaik karena akan mengharumkan nama bangsa dan negara bukan?
Mengapa Tuhan tidak melakukannya? Nah ini merupakan salah satu bukti bahwa
penulis Alkitab justru melecehkan Nabi Elisa, sementara Al Qur’an sangat
memuliakan beliau sebagai orang pilihanNya.
Dalam Alkitab,
Tuhan mengajarkan yang jorok-jorok?
Marilah kita
baca Yehezkiel 4 : 12 – 15 di bawah
ini:
“Makanlah
roti itu seperti roti jelai yang bundar dan engkau harus membakarnya diatas
kotoran manusia yang sudah kering di hadapan mereka.” Selanjutnya Tuhan
berfirman : “Aku akan membuang orang Israel k etengah-tengah
bangsa-bangsa dan demikianlah mereka akan memakan rotinya najis disana.” Maka
kujawab : “Aduh, Tuhan Allah, sungguh, aku tak pernah dinajiskan dan dari masa
mudaku sampai sekarang tak pernah kumakan bangkai atau sisa mangsa binatang
buas; lagipula tak pernah masuk ke mulutku ini daging yang sudah basi.” Lalu
firman-Nya kepadaku : “Lihat, kalau begitu Aku mengijinkan engkau memakai
kotoran lembu ganti kotoran manusia dan bakarlah rotimu di
atasnya.”
Menyimak bunyi
ayat-ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa Tuhan di dala Alkitab koq menajarkan
manusia cara-cara yang jorok. Terhadap orang tawanan atau tahanan walaupun di
dalam penjara, tidak ada seorang petugas penjara yang begitu tega menyuruh
membakar roti di atas kotoran manusia atapun kotoran binatang bagi tawanannya.
Tapi anehnya Tuhan di dalam Alkitab justru begitu tega menyuruh membakar roti di
atas kotoran manusia dan kotoran hewan. Entahlah apa hikmah dan pelajaran yang
bisa diambil pada ayat-ayat tersebut. Mestinya Tuhan harus mengajarkan dan
mendidik serta menunjuki manusia ke jalan yang benar dan lurus, bukan
mengajarkan yang jorok seperti itu. Coba kita bandingkan dengan Al Qur’an,
bagaimana Allah Swt. mengajarkan manusia ke jalan yang benar, bersih dan bebas
dari jorok.
Dalam Al Qur’an, Allah
mengajarkan kebersihan :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ
الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا
تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ
أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِينَ
222. Mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci[138]. Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. (Qs 2 Al Baqarah 222)
Ayat Qur’an
tersebut, jelas menuntun dan menajari agar hidup bersih dan menjauhkan dari
kotoran. Darah haid saja dianggap kotoran oleh Allah, apalagi kotoran manusia.
Jadi Allah ajarkan manusia agar hidup harus bersih dan Dia menyukai kebersihan
itu. Dalam beberapa hadits, dikatakan oleh Rasulullah saw bahwa “Kebersihan itu
adalah bagian dari iman.”
Nabi Muhammad
dan Al Qur’an memberi petunjuk pada jalan yang benar :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ
الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ
مُبِينٌ
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ
اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
15. Hai Ahli Kitab,
sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari
isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menerangkan[408]. 16. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus. (Qs Al Maidah
15 – 16)
[137]. Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.
[138]. Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.
[408]. Cahaya maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab maksudnya: Al Quran.
[138]. Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.
[408]. Cahaya maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab maksudnya: Al Quran.
7. AYAT-AYATNYA TIDAK BOLEH
ADA YANG
BERTENTANGAN
Salah satu
dari sekian banyak syarat kitab itu dikatakan suci, apabila isinya tidak
terdapat ayat-ayat yang bertentangan satu sama lainnya. Jika ternyata terdapat
begitu banyak ayat-ayat yang bertetangan satu sama lainnya, tentu kitab tersebut
tidak memenuhi syarat dikatakan kitab suci. Kenapa? Sebab Tuhan pasti bebas dari
segala kesalahan dan khilaf. Berbeda dengan kita manusia yang sangat lemah dan
pasti sering berbuat salah dan khilaf. Untuk itu marilah kita cek kandungan
Alkitab,apakah terdapat ayat-ayat yang bertentangan di dalamnya atau tidak.
Perhatikan ayat-ayat sebagai berikut :
Mana yang benar
22 atau 42 tahun?
“Ia
(Ahazia) berumur dua puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun
lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri raja
Israel.”
Ayat di atas
bertentangan dengan 2 Tawarikh 22 : 2 di bawah
ini:
“Ahazia berumur
empat puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia
memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri.”
Pertanyaannya : Mana yang
benar, 22 tahun atau 442 tahun? Penulis kitab Raja-Raja atau penulis kitab
Tawarikh? Apakah mungkin seseorang menjadi raja pada suatu negeri pada saat yang
sama, tapi dengan umur yang berbeda? Atau mungkinkah Tuhan yang salah mewahyukan
kepada penulis Alkitab? Tentu saja tidak! Yang salah pasti penulis Alkitab itu
sendiri, bukan Tuhan. Ini merupakan salah satu bukti bahwa di dalam Alkitab
terdapat begitu banyak ayat-ayatnya yang bertentangan satu sama
lainnya.
Kesimpulannya : Benar dia-dua
pasti mustahil! Salah dua-dua, mungkin saja! Tapi kalau benar, pasti salah satu!
Tapi yang mana?
Kalau penulis
Kitab Raja-Raja benar, maka penlis Kitab Tawarikh pasti salah! Atau kalau
penulis Kitab Tawarikh benar, maka penulis Kitab Raja-Raja salah!
Mana yang benar
1700 atau 7000 orang?
Silahkan baca
Alkitab 2 Samuel 8 : 4 di bawah ini
:
“Daud menawan dari
padanya 1700 orang pasukan berkuda dna 20.000 orang pasukan berjalan kaki, lalu
Daud menyuruh memotong urat keting segala kuda kereta, tetapi dengan
meninggalkan 100 ekor kuda kereta.”
Ayat di atas
bertentangan dengan 1 Tawarikh 18 : 4 di bawah
ini :
“Daud merebut
daripadanya 1000 kereta, 7000 orang pasukan berkuda dan 20.000 orang pasukan
berjalan kaku, lalu Daud menyuruh memotong urat keting segala kuda kereta,
tetapi meninggalkan 100 ekor kuda kereta.”
Kedua penulis
Kitab tersebut jelas memberikan data yang berbeda. Menurut penulis Kitab Samuel,
Daud menawan 1700 orang pasukan berkuda, tetapi menurut Kitab Tawarikh, Daud
menawan 7000 orang pasukan berkuda. Pertanyaannya, mana yang benar, 1700 atau
7000? Penulis Kitab Samuel atau Tawarikh? Sebab kalau dua-duanya benar, pasti
mustahil! Dua-dua salah, mungkin saja! Tetapi kalau benar, pasti salah satu,
tapi yang mana?
Mana yang
benar, baru meninggal atau hampir mati?
Matius 9 :
18 menceritakan :
“Sementara Yesus
berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu
menyembah Dia dan berkata : “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi
datanglah dan letakkanlah tanganmu di atasnya, maka ia akan hidup.”
Ayat di atas
bertentangan dengan Markus 5 :
23 berikut ini :
“Dan memohon
dengan sangat kepadanya : “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah
kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap
hidup.”
Menurut penulis Injil Matius, kepala
rumah ibadat itu melaporkan dan memohon kepada Yesus untuk menghidupkan anaknya
perempuan yang baru meninggal. Tetapi menurut penulis Injil Markus, kepala rumah
ibadat itu melaporkan dan memohon kepada Yesus untuk menyelamatkan anak
perempuannya yang sedang sakit dan hampir mati. Pertanyaannya, manakah
yang benar, anaknya
perempuan itu baru saja meninggal atau sedang sakit dan hampir mati?
Kalau penulis
Injil Matius benar, pasti penulis Injil Markus salah! Benar dua-dua, pasti
mustahil. Salah dua-dua, mungkin saja. Kalau benar, pasti salah satu, tapi yang
mana?
Pertentangan-pertentangan antar ayat
di dalam Alkitab kami dapati ratusan ayat. Tapi dari tiga contoh pertentangan
ayat seperti itu saja sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa
sesungguhnya di dalam Alkitab kitab suci umat Kristiani benar-benar terdapat
ayat-ayat yang bertentangan satu sama lainnya.
Dengan
demikian itu berarti bahwa di dalam Alkitab terdapat ayat-ayat yang benar,
tetapi juga terdapat ayat-ayat yang tidak benar. Atau dengan kata lain,
kandungan Lakitab bercampur antara yang benar dan salah atau bercampur antara
yang haq dan yang bathil, namun sayangnya banyak umat Kristiani tidak
mengkritisi kitab mereka selain menerima apa adanya.
Nah sekarang,
bagaimana dengan kitab suci Al Qur’an? Apakah juga terdapat ayat-ayat yang
bertentangan di dalamnya? Mari kita simak pernyataan Allah dalam ayat-ayat-Nya
sebagai berikut :
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا
كَثِيرًا
82. Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya. (Qs 4 An Nisa’ 82)
Ayat tersebut
merupakan pernyataan langsung dari Allah Swt. bahwa Al Qur’an benar-benar
berasal dari Dia. Kata Allah sekiranya AL Qur’an bukan berasal dari-Nya tentu
mereka akan dapati pertentangan di dalamnya. Ini membuktikan bahwa Al Qur’an
bebas dari pertentangan di dalamnya, karena Dialah yang menurunkan Al Qur’an
tersebut, sehingga terjamin kebenarannya. Oleh sebab itu, kalau ada orang yang
mengatakan bahwa Al Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang bertentangan, itu
karena mereka tidak paham dan tidak bisa membaca Al Qur’an yang berbahasa asli,
yaitu bahasa Arab, karena yang mereka baca hanyalah terjemahan secara tekstual
saja.
8. BERBICARA TENTANG ILMU PENGETAHUAN
HARUS BISA DIBUKTIKAN
Kisan
penciptaan alam menurut Alkitab dapat kita baca pada Kejadian 1 : 1 – 19 berikut ini :
“1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi
samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”
“3. Berfirmanlah Allah : “Jadilah terang.” Lalu terang itu
jadi. 4. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu
dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5. Dan Allah
menamai terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari pertama.”
“6. Berfirmanlah Allah : “Jadilah cakrawala di tengah segala
air untuk memisahkan air dari air.” 7. Maka Allah
menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan airj yang ada di bawah cakrawala itu dari
air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. 8.
Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah
hari kedua.”
“9. Berfirmanlah Allah : “Hendaklah segala air yang ada di
bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan
jadilah demikian. 10. Lalu Allah menamai yang kering
itu darat dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya
itu baik. 11. Berfirmanlah Allah : “Hendaklah tanah
menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon
buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di
bumi.” Dan jadilah demikian. 12. Tanah itu
menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan
segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat
bahwa semuanya itu baik. 13. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari ketiga.”
“14. Berfirmanlah Allah : “Jadilah benda-benda penerang pada
cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu
menjadi tanda mneunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
15. dan sebagai penerangh pada cakrawala biarlah
benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian.”
“16. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar
itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk
menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. 17. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi
bumi, 18. dan untuk menguasai siang dan malam, dan
untuk memisahkan terang dari gelap. 19. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.”
Kalau kita
baca ayat-ayat Alkitab tersebut, sepertinya tidak ada masalah. Padahal kalau
kita sedikit jeli dan teliti, sebenarnya pada ayat-ayat tersebut banyak
bermasalah.
Contoh : Pada
ayat ke 5 dikatakan oleh penulis Alkitab sebagai berikut : “Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari pertama.”
Kemudian pada
ayat ke 8 dikatakan juga sebagai berikut : “Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari kedua.”
Dan sama saja
pada ayat ke 13 juga dikatakan sebagai berikut : “Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari ketiga.”
Pertanyaannya
: Darimana penulis Alkitab mengetahui dan menentukan petang, pagi, hari pertama,
hari kedua dan hari ketiga, sementara pada saat itu matahari, bulan dan bintang
belum diciptakan?
Bukankah untuk
mengetahui petang harus ada matahari yang sudah mulai tenggelam? Dan bukankah
untuk mengetahui pagi, harus ada matahari yang baru mau terbit.
Dan bukankah
untuk mengetahui hari pertama, hari kedua dan hari ketiga, harus ada perputaran
bumi mengelilingi matahari selama 24 jam?
Mungkin tidak
terpikirkan oleh penulis Alkitab jaman dahulu bahwa manusia yang datang
belakangan dari mereka, justru lebih pintar, lebih kritis dan ilmu pengetahuan
akan berkembang dengan begitu spat dan modern serta vanggih. Ini membuktikan
bahwa ayat-ayath tersebut bukan yang difirmankan oleh Allah, tapi hanya pendapat
para penulis Alkitab itu sendiri, berdasarkan pengetahuan mereka yang masih
terbatas pada saat itu.
Kalau wahyu
atau firman Allah, tentu tidak mungkin Tuhan salah atau keliru memberikan
informasi tentang penciptaan alam semesta ini.
Kalau mulai
dari ayat 14 s/d 19, itu masih bisa diterima, sebab pada ayat-ayat tersebut
benda-benda penerang, seperti matahari, bulan, dan bintang sudah diciptakan
Allah. Tetapi mulai ayat 1 s/d 13 tidak masuk akal sebab tidak rasional, dan
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. (Lebih jelas lagi baca buku tulisan DR.
Maurice Bucaille berjudul : “Bible, Qur’an dan Sains Modern”)
Menurut Alkitab,
bumi dan langit ditopang oleh tiang
Mari kta baca
Ayub 9 : 5 – 6 di bawah ini:
“Dialah yang
memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang
membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya; yang menggeserkan bumi dari tempatnya,
sehingga tiangnya bergoyang-goyang.”
Selanjutnya
baca Ayub 26 : 11
:
“Tiang-tiang
langit bergoyang-goyang, tercenang-cengang oleh hardik-Nya.”
Silahkan baca
Mazmur 75 : 3 – 4 :
“Apabila Aku
menetapkan waktunya, Aku sendiri akan menghakimi dengan kebenaran. Bumi hancur
dan semua penduduknya; tetapi Akulah yang mengokohkan
tiang-tiangnya.”
Berdasarkan
ayat-ayat Alkitab tadi, bumi dan langit punya tiang. Ini sangat bertentangan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan mereka sudah sampai menginjakkan
kakinya di bulan. Tapi mereka tidak pernah menemukan dimana letak tiang-tiang
langit dan bumi tersbeut.j kalau sekiranya langit dan bumi punya tiang, niscaya
sudah banyak pesawat terbang hancur karena menabrak tiang-tiang langit dan bumi
tersebut. Mengatakan bumi dan langit punya tiang, pasti bukan berasal dari
Tuhan, sebab sangat tidak mungkin Tuhan salah atau tidak tahu. Ini pasti
kesalahan penulis Alkitab yang pada saat itu ilmu pengetahuan mereka masih
sangat rendah jadi wajar saja kalau mereka keliru.
Menurut Al Qur’an,
langit dan bumi tidak mempunyai tiang
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَأَلْقَى فِي الأرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ
وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang
kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi
itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam
jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Qs 31 Luqman
10)
Ayat Al Qur’an
tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit tanpa tiang. Di jaman
Rasulullah Muhammad saw. hidup, belum ada seorangpun yang pernah menjelajahi
ruang angkasa, selain Rasulullah saw. ketika peristiwa Isra’ Mi’raj. Dan beliau
tidak menginformasikan kalau langit itu bertiang. Dan memang para ahli jaman
sekarangpun dimana mereka telah sampai ke bulan, bahkan melewatinya, mengakui
bahwa langit benar-benar tidak bertiang.
Kalau
sekiranya langit itu benar-benar bertiang, sulit dibayangkan sudah berapa banyak
pesawat terbang yang menabraknya bukan? Tetapi sampai saat ini belum ada
seorangpun yang ahli ruang angkasa pernah memberikan bukti atau kesaksian bahwa
langit itu bertiang. Semua ini membuktikan bahwa kesaksian ayat Al Qur’an
benar-benar sesuai dengan sains dan ilmu pengetahuan modern saat ini.
9. HARUS SESUAI FITHRAH
MANUSIA
Mari
kita membaca Injil Matius 4 : 1 – 2
:
“Maka Yesus dibawa
oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh
hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.”
Ayat tersebut
berbicara bagaimana puasanya Yesus. Ternyata Yesus berpuasa 40 hari 40 malam
tidak makan dan tidak minum. Nah hal ini sangat mustahil diikuti oleh umat
Kristiani. Kalau umat Kristiani amalkan ayat ini, artinya harus berpuasa 40 hari
40 malam tanpa makan dan minum, tentu berakibat kematian. Puasa semacam ini
tidak sesuai dengan fithrah manusia, makanya tidak mungkin diamalkan oleh umat
Kristen.
Beda dengan
puasanya Nabi Muhammad saw. yang tidak makan dan minum sebelum terbit fajar, dan
berbuka puasa pada saat maghrib dikumandangkan. Puasa inilah yang sesuai dengan
fithrah manusia dan bisa diikuti oleh seluruh pengikutnya sejak dahulu kala
sampai sekarang maupun akan datang.
Baca pula
Surat Paulus : I Korintus 7 : 1
“Dan sekarang
tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau
ia tidak kawin.”
Kalau ayat
Alkitab ini benar-benar diamalkan oleh semua umat Kristiani bahwa laki-laki
lebih baik kalau tidak kawin, bisa dibayangkan apa jadinya dengan kehidupan umat
manusia di muka bumi ini. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan fithrah
manusia. Jika bagi setiap laki-laki lebih baik kalau tidak kawin, bagaimana
dengan nasib para wanita? Jadi tidak mungkin ayat tersebut dikatakan sebagai
firman Tuhan, karena justru Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan dan
menyuruh manusia untuk berkembang biak di muka bumi ini.
Surat Paulus :
I Korintus 7 : 8
“Tetapi kepada
orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah
mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. (tidak kawin).”
Paulus
menganjurkan kepada orang-orang yang tidak kawin dan para janda agar tidak usah
kawin seperti dia yang tidak kawin. Kalau ayat ini dipraktekkan oleh umat
Kristiani, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, padahal manusia bukan
malaikat yang tidak punya nafsu. Kalau begitu, buat apa Tuhan ciptakan manusia
yang memiliki nafsu kalau tidak ada penyalurannya? Jelas sekali ajaran ini
sangat bertentangan dengan fithrah manusia.
Surat Paulus
I Korintus 7 : 37 – 38
“Tetapi kalau ada
seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam
hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk
tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik. Jadi orang yang kawin dengan
gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih
baik.”
Seandainya
umat Kristianij benar-benar mau hidup sesuai dengan ucapan Paulus pada ayat
tersebut, bahwa tidak kawin merupakan perbuatan lebih baik daripada harus kawin,
lama-kelamaan manusia bisa punah di dunia. Tetapi buktinya hampir semua lelaki
maupun wanita umat Kristiani kawin atau menikah.ini membuktikan bahwa manusia
tidak sanggup mengikuti seperti ayat tersebut.
Kenapa? Sebab
bertentangan dengan fithrah manusia. Jadi sangat tidak mungkin Allah mewahyukan
sesuatu yang bertentangan denan fithrah manusia ciptaanNya sendiri. Allah yang
menciptakan manusia, tentu Dia lebih tahu kelemahan makhlukNya. Buat apa Dia
ciptakan berpasangan-pasangan seperti laki-laki dan wanita kalau tidak menikah
itu akan lebih baik daripada yang menikah?
Banyak
bukti-bukti para pemimpin agama Katholik yang tidak boleh beristri, pada
akhirnyah tidak kuat menahan godaan syahwatnya, hingga terjadi perselingkungan,
bahkan punya anak di luar nikah. Dan banyak para biarawati yang tidak kuat,
akhirnya mereka keluar lalu menikah
dan berumah tangga. Lebih jelasnya silahkan baca buku tulisan Nigel Cawthrone
“Kehidupan Seks Paus” yang diterbitkan oleh Victory Surabaya.
Jika ada pria
maupun wanita, jika tidak mau kawin atau menikah, umumnya ada kelainan pada
dirinya. Pria yang sudah menikah saja cukup banyak yang masih merasa ingin
menambah istri lagi, atau maih tertarik pada wanita cantik, apalagi yang belum
menikah.
Islam sesuai dengan fithrah
manusia
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا
يَعْلَمُونَ
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
(Qs 30 Ar Rum 30)
Maksud ayat
tersebut bahwa kita manusia harus berpegang teguh pada syari’at yang telah Allah
tetapkan atas manusia. Allah yang menciptakan manusia, tentu Dia yang paling
tahu kebutuhan manusia ciptaanNya itu.
Manusia
siapapun dia, pasti punya hari nurani yang paling dalam. Pada dasarnya manusia
mengakui bahwasanya Tuhan itu Esa. Dan kalau ditanya siapa yang menciptakan
langit dan bumi, pasti dia akan menjawab Allah. Menikahpun merupakan bagian dari
fithrah manusia yang diberikan oleh Allah Swt kepada setiap manusia.
Kalau ada
manusia yang tidak mau menikah, tidak mau kawin, tidak mau berumah tangga, tidak
mau punya keturunan, jelas hal itu bertentangan dengan fithrah manusia. Jika hal
itu terjadi, berarti manusia tersebut punya kelainan jiwa atau kelainan
fisik.
Akan tetapi
bagi manusia yang normal lahir dan batin, lalu dianjurkan oleh seseorang penulis
Alkitab dengan alasan itu berasal dari firman Tuhan, lalu dikatakannya bahwa
lebih baik kalau lelaki tidak menikah, jelas hal itu bertentangan dengan
fithrahnya sendiri.
Buktinya
hampir 100% umat Kristiani menikah. Bahkan dewasa ini ada yang membolehkan
menikahkan antar sesama jenis. Na’udzubillaahimindzaalik!
Padahal
perkawinan sesama jenis jelas dilarang agama. Nah ini membuktikan bahwa manusia
itu butuh untuk menyalurkan hawa nafsunya, asalkan dengan cara yang benar. Dalam
Islam, menikah itu adalah ibadah, sebagaimana ayat Al Qur’an sebagai berikut
:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
21. Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(Qs 30 Ar Rum 21)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
13. Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal. (Qs 49 Al Hujurat 13)
Pada ayat
tersebut Allah menjelaskan bahwa Dia ciptakan manusia berpasang-pasangan agar
mereka berkembang biak. Ini menunjukkan bahwa manusia itu disuruh kawin aagr
berketurunan. Dan masih dalam ayat tersebut Allah tidak mengatakan bahwa yang
paling mulia yaitu yang tidak kawin, tetapi yang paling mulia disisi-Nya yaitu
yang paling bertakwa. Inilah ajaran yang sesuai firhrah manusia.
[1168]. Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia
tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
10. KITAB TERSEBUT
BISA BERBICARA, DIA BERASAL DARI ALLAH
Satu-satunya
kitab suci yang bisa berbicara bahwa dia berasal dari Allah adalah Al Qur’an.
Artinya Al Qur’an itu sendiri bisa memberikan kesaksian bahwa dia itu
benar-benar wahyu yang Allah turunkan. Hal ini bisa kita buktikan karena
tertulis di dalam Al Qur’an itu sendiri sebagai berikut :
الر تِلْكَ آيَاتُ
الْكِتَابِ الْمُبِينِ
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
1. Alif, laam,
raa[741]. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang
nyata (dari Allah). 2. Sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
(Qs 12 Yusuf 1 – 2)
Melalui ayat
tersebut , Allah menyatakan Dia-lah yang menurunkan Al Qur’an berbahasa Arab.
Terbukti sampai saat ini bahkan sampai kiamat Qur’an tetap berbahasa Arab. Dan
pernyataanNya bahwa Dia yang menurunkan AL Qur’an, benar-benar tertulis dalam Al
Qur’an.
Selanjutnya
coba kita simak firman Allah pada ayat berikut ini:
9. Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya[793].(Qs 15 Al
Hijr 9)
Ayat ini
menjelaskan bahwa Qur’an itu benar-benar Allah yang turunkan dan Dia yang
menjaganya. Terbukti Al Qur’an sampai saat ini tetap terjaga. Artinya Qur’an itu
tetap terpelihara karena dihapal oleh jutaan manusia di dunia. Beda dengan
Alkitab, tidak seorangpun di dunia yang hapal Alkitab. Nah bunyi ayat-ayat
seperti ini tidak terdapat di dalam Alkitab.
Bagaimana
Alkitab berbicara tentanf dirinya sendiri??
Kita baca
Injil Lukas 1 : 1 – 3 berikut ini:
“Teofilus yang
mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan
kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan firman.
Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari
asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur
bagimu…”
Baca pula
Alkitab Kisah Para Rasul 1 : 1
“Hai Teofilus,
dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus…”
Kedua kitab tersebut, yaitu Injil
Lukas dan Kisah Para Rasul, sama-sama ditulis oleh Lukas. Lukas ini bukanlah
murid Yesus, dia adalah seorang tabib. Dan dia adalah teman seperjalanan dengan
Paulus. Lukas tidak mengenal Yesus secara pribadi. Hal ini tertulis jelas dalam
pembukaan Injil Lukas cetakan lama. Hanya saja Injil cetakan sekarang tidak lagi
dimuath tentang latar belakang Lukas. Pada ayat tersebut Lukas katakan bahwa dia
menulis Injil tersebut berdasarkan saksi mata dan darimereka. Pertanyaannya :
Siapakah mereka itu? Dan siapakah saksi mata itu? Dari tulisan dan pengakuan
Lukas sendiri pada beberapa ayat tersebut, jelas menunjukkan bahwa Lukas menulis
Injilnya bukan karena ia mendapat wahyu langsung dari Allah kepadanya, tetapi
hanya berasal dari “mereka” dan “saksi mata” yang tidak jelas siapa orangnya,
kemudian dia tulis dan kirim kepada seseorang yang terkenal pada saat itu yang
bernama Teofilus. Jadi jelas bahwa penulisan Injil Lukas bukan karena Lukas
menerima wahyu langsung dari Allah, tetapi hanya berasal dari sumber-sumber yang
tidak jelas. Awal pembukaan Injil Lukas, jelas terlihat bahwa Lukas menulis
Injilnya dalam bentuk surat yang ditujukan kepada
Teofilus, dan selanjutnya Lukas menulis kedua kalinya seperti dalam pembukaan
Kisah Para Rasul.
Kemudian di
dalalm Alkitab, terdapat 13 surat kiriman berasal dari Paulus dan 7 surat
kiriman berasal darih Petrus, Yakobus, Yohanes dan Yudas. Perhatikan ayat-ayat
sebagai berikut ;
“Dari Paulus,
hamba Kristus Yesus yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk
memberitahukan Injil Allah.” (Roma 1 : 1)
“Dari Paulus, yang
oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes,
saudara kita.” (1 Koruintus 1 : 1)
“Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus,
orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.” (Eferus 1 :
1)
“Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita.” (Kolose 1 : 1)
“Dari Paulus,
seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada
Filemon yang kekasih, teman sekerja kami.” (Filipi 1 :
1)
“Salam dari
Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di
perantauan.” (Yakobus 1 : 1)
“Dari
Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di
Pontus, Galatia,
Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia” (1 Petrus 1 :
1)
“Dari penatua
kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi. Bukan aku
saja yang mengasihi kami, tetapi juga semuah orang yang telah mengenal
kebenaran.” (2 Yohanes 1 : 1)
“Dari Yudas, hamba
Yesus Kristus dan saudara Yakobus, kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi
dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus.” (Yudas 1: 1)
Dari pembukaan
semua surat-surat tersebut, jelasj sekali bahwa penlis surat-surat itu adalah
penulis surat itu juga.
Semua itu merupakan bentuk surath yang dikirim dan ditujukan kepada seseorang
atau kelompok tertentu di suatu daerah. Jadi ayat-ayat tersebut semuanya
hanyalah merupakan pernyataan dari seseorang yang ditunjukan juga kepada
seseorang, dan bukan pernyataan dari Allah bahwa Dia-lah yang menurunkan Alkitab
itu dan Dia pula yang menjaganya. Makanya jangan heran bahwa Alkitab dari waktu
ke waktu selalu mengalami perubahan, karena tidak ada standar untuk mengecek
apabila terjadi kesalahan.
[793]. Ayat
ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
11. TIDAK
MELECEHKAN TERHADAP NABI-NABI ALLAH
Setian Nabi atau Rasul, pasti mereka
adalah orang-orang pilihan Allah yang bertugas sebagai perantara untuk
menyampaikan berita atau pesan-pesan bagi umat manusia. Sebagai orang pilihan,
tentu mereka berakhlak mulia, karena mereka merupakan manusia
pilihan yang akan menyampaikan firman-Nya, serta sekaligus memberikan teladan
bagi uamtnya. Oleh sebab itu sangatlah mustahil jika ada para Nabi atau Rasul
pilihanNya yang berakhlak tidak benar, apalagi berakhlak buruk.
Tetapi
kenyataannya didalam Alkitab begitu banyak para Nabi yang akhlaknya sangat tidak
pantas karena melakukan perbuatan yang sangat tercela. Sebagian besar umat
Kristiani tidak mengetahui atau tidak menyadari akan hal ini. Ada juga yang baru mengetahuinya
setelah diberitahu oleh orang lain. Atau ada juga yang baru mengetahuinya
setelah membaca buku-buku tulisan para Kristolog atau setelah mereka mengikuti
acara dialog atau diskusi maupun perdebatan.
Coba simak
beberapa ayat Alkitab di bawah ini, lalu bandingkan dengan ayat di dalam Al
Qur’an.
Nabi Nuh dalam
Alkitab
Marilah kita
membaca Kejadian 9 :
21 yan berbunyi sebagai berikut :
“Setelah ia (Nuh)
minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.”
Bisa kita
bayangkan bagaimana seorang Nabi pilihan Allah minum anggur sampai mabuk dan
telanjang. Walaupun itu ayat Alkitab atau Bible, kami sebagai umat Islam tidak
yakin kalau seorang nabi sampai mabuk bahkan telanjang. Tapi itulah, percaya
atau tidak, kenyataannya hal itu benar-benar tertulis jelas di dalam
Alkitab.
Bandingkan
dengan Al Qur’an yang menceritakan nabi-nabi berikut ini:
33. Sesungguhnya Allah telah
memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di
masa mereka masing-masing), (Qs 3 Ali Imran 33)
Ternyata Al
Qur’an sangat memuliakan nabi Nuh sebagai salah seorang pilihan Allah melebihi
segala bangsa pada waktu itu. Bahkan pernah ketika nabi Nuh hampir berbuat
salah, Allah langsung menegur atau mengingatkan beliau agar dia tidak berbuat
kesalahan. Al Qur’an tidak pernah menceritakan peristiwa seperti di dalam
Alkitab bahwa nabi Nuh mabuk dan telanjang karena meminum khamar atau minuman
keras yang memabukkan, karena Nabi Nuh tidak pernah dan tidak mungkin akan
melakukan hal-hal yang memalukan, apalagi menjerumuskan dia ke dalam
dosa.
Nabi Abraham
(Ibrahim) dalam Alkitab
Silahkan
membaca Kejadian 20 : 11 – 12:
“Lalu Abraham
berkata : “Aku berpikit : Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku
akan dibunuh karena isteriku. Lagipula ia (Sara) benar-benar saudaraku, anak
ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku.”
Konteks ayat Alkitab tersebut
intinya yaitu Nabi Abraham karena takut kepada seorang raja Gerar yang bernama
Abimelekh, ketika raja tersebut melihat Sara dia meminta kepada Abraham
karena tidak diketahuinya kalau Sara istri Abraham. Anehnya Abraham rela
memberikannya. Untung sebelum raja Abimelekh meniduri Sara, Allah menegor sang
raja dalam suatu mimpi, agar jangan menjamah Sara, sebab dia telah bersuami.
Keesokan harinya raja Abimelekh menemui Abraham dan sambil marah-marah kepada
Abraham, dia mengembalikan Sara kepadanya. Lalu berkata Abraham kepada raja
tersebut :
“Lagipula ia
(Sara) benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi
kemudian ia menjadi isteriku.”
Dari pengakuan
Abraham tersebut, jelas bahwa Sara sebenarnya adalah adiknya sendiri, anak
ayahnya dengan istri yang lain. Berarti Abraham dan Sara kakak beradik satu ayah
lain ibu, lalu mereka berdua jadi suami istri. Pertanyaannya :
Pertama :
Apakah mungkin seorang nabi sekaliber Abraham rela memberikan istrinya hanya
kerena takut kepada seorang raja?
Kedua :
Mungkinkah Abraham lebih takut kepada seorang raja daripada Allah
Swt?
Ketiga :
Mengapa Sara adiknya sendiri (anak ayahnya dari istri yang lain) yang menjadi
istrinya?
Perhatikan
ayat Alkitab sebagai berikut :
“Bila seorang
laki-laki mengambil saudaraya perempuan, anak ayahnya atau anak ibunya, dan
mereka bersetubuh, maka itu suatu perbuatan sumbang dan mereka harus dilenyapkan
di depan orang-orang sebangsanya, orang itu telah menyingkapkan aurat saudaranya
perempuan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri.” (Imamat 20 : 17)
Nah
berdasarkan ayat Alkitab itu sendiri bahwa Allah mengecam orang yang mengawini
anak ayahnya atau anak ibunya.
Sekarang
marilah kita lihat atau baca dalam Al Qur’an, apakah nabi Abraham sama seperti
yang dilukiskan dalam Alkitab?
Nabi Ibrahim dalam
Al Qur’an
45. Dan ingatlah hamba-hamba
Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar
dan ilmu-ilmu yang tinggi. 46. Sesungguhnya Kami
telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang
tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. 47. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar
termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (Qs 38 Shaad 45 – 47)
Subhanallah, AL Qur’an sangat
memuliakan Nabi Ibrahim.alalh sendiri yang memberikan kesaksian bahwa Nabi
Ibrahim adalah orang yanng berpandangan jauh, orang pilihanNya dan orang yang
disucikan oleh Allah Swt. Jadi jelas sekali betapa sangat berbeda kisah nabi
Ibrahim dalam Alkitab (Bible) dengan di dalam Al Qur’an. Jika Alkitab melecehkan
Ibrahim, justru Al Qur’an sangat memuliakan beliau,
pencari kebenaran tentu bisa menilai mana yang lebih rasional, Alkitab atau Al
Qur’an.
Nabi Salomo
(Sulaiman) dalam Alkitab
“Ia (Salomo)
mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik,
istri-istrinya itu menarik hatinya dari pada Tuhan.” (I
Raja-rajaj 11 : 3)
Ayat Alkitab
(Bible) tersebut menceritakan bahwa Nabi Salomo (Sulaiman) punya 700 (tujuh
ratus) istri dan 300 (tiga ratus) gundik. Berarti Nabi Salomo punya 1000
(seribu) orang. Sulit dibayangkan bagaimana seorang suami menggilir
istri-istrinya yang begitu banyaknya. Jika setiap malam Salomo harus menggilir
satu orang istri, berarti untuk kembali menggilir istri yang pertama
digilirnya, membutuhkan 1000 hari (sekitar 3 tahun). Yang tak kalah menarik
lagi, dikatakan dalam ayat tersebut bahwa nabi Salomo lebih tertarik hatinya
pada istri-istrinya daripada kepada Tuhan. Tentu timbul pertanyaan sebagai
berikut :
Pertama :
Apakah benar bahwa seorang nabi seperti Salomo (Sulaiman) memiliki 700 orang
istri dan 300 orang gundik dan dia lebih tertarik kepada wanita daripada
Allah?
Kedua : “Jika
semua istri-istrinya melahirkan anak, bagaimana mengingat anak-anaknya yang
begitu banyak?
Ketiga :
Apakah poligami yang tidak terbatas oleh nabi Salomoi boleh dicontohi oleh
setiap umatnya?
Keempat :
“Apakah hikmah atau suari teladan yang bisa kita ambil dari kisah nabi Salomo
tersebut ?
Kelima :
Bagaimana nasib anak-anak keturunan Salomo yang begitu banyaknya, sementara
Salomo sendiria dalah anak haram, hasil hubungan gelap atau perselingkungan Daud
dengan Batsyeba, istri anak buahnya sendiri yang bernama Uria?
Sekarang
marilah kita lihat, bagaimana kisah Nabi Salomo (Sulaiman) menurut Al Qur’an,
apakah sama seperti yang dikisahkan dalam Alkitab?
Nabi Sulaiman
dalam Al Qur’an
a.
Nabi Sulaiman bisa menundukkan tiupan angin yang sangat kencang
81. Dan (telah Kami tundukkan)
untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Qs 21 Al Anbiya 81)
b.
Nabi Sulaiman mengerti dan bisa berbicara bahasa burung
16.
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud[1092], dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang
suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini
benar-benar suatu kurnia yang nyata." (Qs 27 An Naml 16)
c.
Nabi Sulaiman bisa memerintahkan tentara jin, manusia dan burung
17. Dan dihimpunkan untuk
Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan
tertib (dalam barisan). (Qs 27 An Naml 17)
d.
Nabi Sulaiman bisa berbicara dalam bahasa semut
18. Hingga apabila mereka
sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke
dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari"; 19. maka dia
tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa:
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal
saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang saleh." (Qs 27 An Naml 18 – 19)
e.
Nabi Sulaiman sebaik-baiknya hamba
30. Dan Kami karuniakan kepada
Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat
(kepada Tuhannya), (Qs 38 Shaad
30)
Dalam Alkitab,
Nabi Lot (luth) menghamili kedua anak gadisnya sendiri
Marilah kita
baca Kejadian 19 : 30 – 36 berikut ini
:
“Pergilah Lot dari
Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan,
sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu goa beserta
kedua anaknya.”
“Kata kakaknya
kepada adiknya : “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini
yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. Marilah kita beri
ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dua, supaya kitan menyambung
keturunan dari ayah kita.”
“Pada malam itu
mereka memberi ayah mereka minum anggur, lau mausklah yang lebih tua untuk tidur
dengan ayahnya, dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan
ketika ia bangun.”
“Keesokan harinya
berkatalah kakaknya kepada adiknya : ”Tadi malam aku telah tidurh dengan ayah,
baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur, masuklah engkau untuk tidur
dengan dua, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”
“Demikianlah juga
pada malam itu mereka memberi ayah merekma minum anggur, lalu bangunlah yang
lebih muda untuk tidur dengan ayahnya, dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika
anaknya itu tidur dan ketika ia bangun.”
“Lalu
mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah
mereka.”
Dari konteks cerita dalam Alkitab
tersebut, sangat sulit dibayangkan, bagaimana bejatnya Nabi Lot bersama kedua
anak gadisnya. Dan bagaimana bejatnya kedua anak Nabi Lot terhadap ayah mereka
sendiri. Apakah mungkin anak seorang nabi berani melakukan hal-hal yang sangat
tidak terpuji pada ayah
mereka sendiri? Apakah seorang seperti nabi Lot tidak mendidik anak-anaknya
untuk berakhlakmulia? Kita lihat lagi bagaimana Nabi Lot dalam kisah lain di
dalam Alkitab / Bible sebagai berikut :
Nabi Lot rela dua
anak gadisnya diperlakukan seenaknya
Silahkan kita
baca Kejadian 19 : 6 – 8 sebagai berikut
:
“Lalu
keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu,
tetapi pintu ditutupnyah di belakangnya, dan ia berkata : “Saudara-saudaraku,
janganlah kiranya berbuat jahat. Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak
perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa keluar
kepadamu, perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik, hanya jangan
kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di
dalam rumahku.”
Sungguh tragis
sekali apa yang Nabi Lot lakukan terhadap kedua anak gadisnya. Hanya karena
ingin membela tamunya, dan karena dia takut ancaman orang-orang di sekitarnya,
dia rela kedua anak gadisnya diperlakukan semaunya oleh mereka. Padahal mestinya
seorang ayah harus melinsungi dan mejaga kehormatan anak gadisnyah, tapi anehnya
justru Nabi Lot tidak melakukannya.
Seorang ayah
yang paling kejam di dunia, tidak akan pernah rela menyerahkan anak gadisnya
begitu saja untuk diperlakukan seenaknya oleh segerombolan laki-laki, apalagi
oleh seorang nabi seperti Nabi Lot.
Sekarang
marilah kita lihat, dan bandingkan, bagaimana nabi Lot (Luth) dalam Al
Qur’an.
Kisah Nabi Lot
(Luth) dalam Al Qur’an
54. Dan (ingatlah kisah)
Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?" 55.
"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan
(mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat
perbuatanmu)." (Qs 27 An Naml 54 – 55)
Kalau Alkitab
menceritakan bahwa Nabi Lot (Luth) berakhlak bejat, sebaliknyah justru Al Qur’an
menceritakan Nabi Luth menasehati kaumnya agar tidak berbuat jahil dan tidak
melalukan sodomi sesama lelaki. Bahkan dalam ayat lain nabi Luth adalah orang
yang sholeh, sebagaimana ayat berikut ini :
74. dan
kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia
dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan
keji[965]. Sesungguhnya
mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, 75. dan
Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang saleh. (Qs 21 : 74 –
75)
Setelah kita
mengetahui kisah Nabi Lot (Luth) dalam Alkitabdan AL
Qur’an, sekarang marilah kita baca bagaimana kisah Nabi Daud dalam
Alkitab.
Sebelumnya
perlu kita ketahui bahwah Nabi Daud sebagaimana tertulis di dalam Kitab
Perjanjian Baru, merupakan bapa leluhur Yesus dalamsilsilah keturunan Yesus
(Mat 1 : 1 – 16). Coba kita simak bagaimana akhlak nabi Daud di dalam
Alkitab sebagai berikut :
Nabi Daud
menghamili wanita bersuami
Mari kita
membaca Alkitab 2Samuel 11 : 2 – 5 di bawah
ini :
“2. Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun
dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak
kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi, perempuan itu
sangat elok rupanya. 3. Lalu Daud menyuruh orang
bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata : “Itu adalah Batsyeba binti
Eliam, isterei Uria orang Het itu.” 4. Sesudah itu
Daud menyuruh oranb mengambil dia.perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud
tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari
kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. 5. Lalu mengandunglah perempuan itu dann disuruhnya orang
memberitahukan kepada Daud, demikian : “Aku mengandung.”
Sulit
dibayangkan betapa bejatnya akhlak Nabi Daud yang dilukiskan dalam Alkitab.
Setelah istri bawahannya dia hamili, bagaimana caranya agar suami wanita yang
dia hamili itu mati. Lalu dengan liciknya, dia adalakan skenario pembunuhan
berencana sebagai berikut :
Daud
mengadakan pembunuhan rencana
“14. Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya
dengan perantaraan Uria. 15. Ditulisnya dalam surat
itu, demikian : 16. Pada waktu “Tempatkanlah Uria di
barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan
diri dari padanya supaya ia terbunuh mati.”
“Yoab
mengepung kota Raba, ia
menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa.
17. Ketika orang-orang kota itu keluar menyerang dan
berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa orang dari tentara,d ari anak
buah Daud, juga Uria, orang Het itu, mati.”
Sungguh luar
biasa kebejatan Nabi Daud di dalam Alkitab tersebut, sudah istri bawahannya
dihamili, diadakan lagi pembunuhan berencana terhadap suami wanita tersebut. Dan
yang membawa surat
rencana pembunuhan tersebut, yaitu Uria suami wanita yang dihamilinya. Mungkin
kalau suaminya tahu isi surat itu, barangkali tidak disampaikannya.
Skenario Daud
yang mengatur pembunuhan berencana tersebut benar-benar berhasil.
Setelah
orang-orang kota mengepung dan menyerang pasukan anak buah Daud, Yoab menyuruh
Uria (suami Batyseba, wanita yang Daud hamili) maju ke medan perang yang dia
ketahui banyak lawan yang gagah perkasa sebagaimana yang diperintahkan Daud
dalam suratnya kepada Yoab.
Rencana Daud
berhasil! Uria, suami wanita yang Daud hamili itu gugur dalam pertempuran yang
dahsyat tersebut. Maka jadila Batsyeba (istri Uria) yang telah mengandung bibit
Daud menjadi istrinya.
Tak lama
setelah peristiwa itu, maa lahirlah seorang anak laki-laki yang Nabi Daud
namakan Salomo (Sulaiman).
Berarti Salomo
(Sulaiman) adalah anak haram hasil selingkuh atau perzinahan antara Daud dan
Batsyeba (istri Uria) anak buah Daud sendiri.
Rasanya sangat
naif seklai seorang nabi seperti Daud melakukan maksiat yang begitu hebat, dan
anak yang dilahirkan dari hasil perzinahannya itu, koq menjadi seorang Nabi
juga. Na’udzubillaahimindzaalik!!
Sekarang
marilah kita buka kitab suci Al Qur’an lalu kita lihat dan bandingkan bagaimana
AL Qur’an berbicara tentang kisah Nabi Daud, apakah sama sepereti yang
dilukiskan dalam Alkitab / Bible atau tidak.
Nabi Daud dalam Al
Qur’an
26. Hai Daud, sesungguhnya
Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan
hari perhitungan. (Qs 39 Shaad 26)
Subhanallah,
sungguh sangat menggugah ayat-ayat Al Qur’an tersebut. Al Qur’an sangat
memuliakan Nabi Daud dengan menyebut beliau orang yang banyak kembali kepada
Allah, dijadikan seorang khalifah, seorang pemimpin yang memberikan keputusan
yang adil dan seorang Nabi yang tidak menuruti hawa nafsu. Sementara dalam
Alkitab, dilukiskan Nabi Daud sebagai seorang yang sangat bejat, tidak bermoral,
licik, menzinahi istri orang lain, mengumbar nafsu, mengadakan pembunuhan
berencana dan lain-lain.pertanyaannya, manakah yang lebih rasional, kisah yang
dilukiskan Alkitab ataukah AL Qur’an? Daud yang salah ataukah Allah yang salah
menjadikan Daud sebagai utusanNya?
[793]. Ayat
ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
[1092].
Maksudnya Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan nabi Daud a.s. serta
mewarisi ilmu pengetahuannya dan kitab Zabur yang diturunkan
kepadanya.
[965].
Maksudnya: homoseksual, menyamun serta mengerjakan perbuatan tersebut dengan
berterang-terangan.
12. TIDAK
MEMBEBERKAN CARA MERAYU WANITA & PORNOGRAFI
Cermatilah
catatan cinta Salomo yang tertulis dalam Alkitab berikut ini :
“Kiranya ia
mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum
bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis
cinta kepadamu!” (Kidung Agung 1 : 1 – 3)
“Aku tidur, tetapi
hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. “Bukalah pintu, dinda, manisku,
merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh
tetesan embun malam!” “Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya
lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannyah pula?” (Kidung Agung 5 : 2 – 3)
Baca pula
Kidung Agung 7 : 1 – 8 seperti berikut
ini:
(1). Betapa indah langkah-langkahmu engan sandal-sandal
itu, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya
tangan seniman.
(2). Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan
anggur campur. Perutmu timbunan gandum, berpasgarh bunga-bunga
bakung.
(3). Seperti dua anak rusah buah dadamu, sepertiu anak
kembar kijang.
(4).
Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu
gerbang Batrabim, hidungmu seperti menara digunung Libanon, yang menghadap ke
kota
Damsyik.
(5). Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah
lembayung, seorangn raja tertawan dalam kepang-kepangnya.
(6). Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercipta di
antara segala yang disenangi.
(7). Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu
gugusannya.
(8). Kataku : “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan
memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan
nafas hidungmu seperti buah apel.
Kalau kita
perhatikan, semua tulisan Nabi Salomo (Sulaiman) dalam Alkitab, semua isinya
bagaikan cerita-cerita novel yang intinya berbicara tentang bagaimana merayu
wanita.
Sungguh sangat
tidak pantas jika ada kitab suci yang salah satu kitabnya semuanya berisi
pujian, sanjungan dan rayuan-rayuan kepada kaum wanita.
Pernah dalam
suatu dialog yang diadakan di rumah kami dengan para misionaris Kristen dari
Amerika dan Belanda, ketika kami menanyakan tentang tulisan Nabi Salomo yaitu
Kidung-Kidung Salomo, mereka berdua mengatakan dengan jujur dan polos bahwa
tulisan Nabi Salomo yang ada dalam Alkitab tersebut, bukan yang diwahyukanh
Allah! Nah kalau begitu ini membuktikan bahwa Alkitab (Bible) tidak semuanya
berisi firman Allah.
Sekarang coba
kita baca dan simak ayat-ayat aLkitab tulisan Yehezkiel berikut ini,apakah
menganung porngrafi atau tidak.
Baca pula
Alkitab Yehezkiel 16 : 7 – 8 :
“Engkau menjadi
besar dan sudah cukup umur, bahkan sudah sampai pada masa mudamu. Maka buah
dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh, tetapi engkau dalam keadaan
telanjang bugil. Maka Aku lalu dari situ dan Aku melihat engkau, sungguh, engkau
sudah sampai pada masa cinta birahi. Aku menghamparkan kain Ku kepadamu dan
menutupi auratmu. Dengan sumpah Aku mengadakan perjanjian dengan engkau,
demikianlah firma Tuhan Allah, dan dengan itu engkau Aku punya.”
Baca lagi
Alkitab Yehezkiel 23 : 1 – 5 :
(1). Datanglah firman Tuhan kepadaku :
(2). “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari
satu ibu.
(3). Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa
mudanya, di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya
dipegang-pegang.
(4). Nama
yang tertuah ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka Aku punya dan
mereka melahirkan anak-anak lelakih dan perempuan. Mengenai nama-nama mereka,
Ohola ialah Samaria dan
Oholiba ialah Yerusalem.
(5). Zdan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat
berahi kepada kekasih-kekasihnya, kepada ornag Asyur, pahlawan-pahlawan
perang.
Teruskan untuk
membaca Alkitab Yehezkiel 23 : 18 – 20 berikut
ini :
“Oleh karena ia
melakukan persudnalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri
auratnya, maka Aku menjauhkan diri karena jijik dari padanya, seperti Aku
menjauhkan diri dari adiknya. Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannyah
sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir ia berahi
kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnyah seperti aurat keledai dan
zakarnya seperti zakar kuda.”
Sebenarnya
ayat-ayat porno di dalam kitab Yehezkiel, masih cukup banyak, tapi dengan
beberapa ayat tersebut, sudah lebih dari cukup membuktikan bahwa Altab
benar-benar banyak berisi ayat-ayat porno yang vulgar. Pernah dalam suatu
perdebatan dengan beberapa pendeta di Jakarta, ketik akami tanyakan
tentang ayat-ayat porno, salah seorang Pendeta menjawab : “Itulah kejujuran pada
penulis Alkitab. Mereka berani ungkapkan apa adanya tanpa menutup-nutupi,
sehingga orangn bisa bedakan mana buah duku, mana buag manggis, buah rambutan
dan mana buah dada.”
Betap
konyolnya jawaban sang Pendeta tersebut. Tentu saja jawaban sang Pendeta yang
asbun (asal bunyi) tanpa berdalil dan ngawur tersebut,disambut gelak tawa para
hadirin. Nah kalau sang Pendeta saja pengetahuannya tentang Alkitab (Bible)
seperti itu, bisa dibayangkan sejauh mana pemahaman para jemaat yang dia
gembalakan.
Tuhan menyuruh
Nabi Hosen kawin dengan pezinah
Bacalah
Alkitab Hosea 1 : 2 yang berbunyi :
“Ketika Tuhan
mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea :
“Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak
sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan.”
Tuhan yang
benar mestinya menyuruh nabiNya kawin dengan wanita baik-baik agar memperoleh
keturunan yang baik pula. Aneh rasanya jika Tuhan menyuruh Nabi Nya kawin dengan
perempuan sundal agar memperoleh anak keturunan sundal. Itulah Tuhan dalam
Bible!!!
Al Qur’an sangat
melarang berbuat sundal atau berzina
32. Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk. (Qs 17 Al Isra’ 32)
Tuhan (Allah) di dalam Al Qur’an
justru melarang, bahkan mendekati zina saja dilarang Allah, apalagi
melakukannya. Allah menasehati dan menyuruh menjauhi perbuatan keji dan buruk,
bukan sebaliknya menyuruh. Kalau Tuhan dalam Alkitab menyuruh Nabi
Hosea kawin dengan pesudnal dan memperanakkan anak-anak sundal, bagaimana
mungkin Tuhan akan menghukum para pesundal, sementara Dia sendiri yang menyuruh
melakukannya.
13. HARUS ADA
PERNYATAAN DARI ALLAH BAHWA TIDAK ADA TUHAN YANG WAJIB DISEMBAH SELAIN
DIRI-NYA
Salah satu
syarat kitab itu dikatakan “Kitab Suci” bila ada pernyataan dari Allah bahwa
tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali diri-nya sendiri.satu-satunya kitab
suci yang tertulis jelas pernyataan dari Allah bahwa menyembah itu hanya kepada
diri-Nya, bukan kepada yang lainnya. Perhatikan ayat Al Qur’an sebagai berikut
:
25. Dan Kami tidak mengutus
seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya
tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku."
(Qs 21 Al Nabiya’ 25)
(Qs 21 Al Nabiya’ 25)
14. Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
(Qs 20 Thaha 14)
(Qs 20 Thaha 14)
Kedua ayat Al
Qur’an tersebut merupakan bukti pernyataan Allah sendiri bahwa menyembah itu
hanya kepada diriNya saja. Tetapi di dalam Injil, Yesus yang dijadikan
sesembahan. Perhatikan ayat Injil sebagai berikut :
“Tiba-tiba Yesus
berjumpa dengan mereka dan berkata : “Salam bagimu.” Mereka mendekatinya dan
memeluk kakiNya (Yesus) serta menyembahnya.” (Matius 28 :
9)
“Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkannya
lalu menyembahnya.” (Markus 5 : 6)
“Katanya : “Aku percaya, Tuhan!” (Yesus) Lalu ia sjud
menyembahnya.” (Yohanes 9 : 38)
Padahal seumur
hidupnya Yesus tidak pernah menyuruh pengikutnya untukh menjadikan dirinya
sebagai Tuhan yang disembah. Yesus justru menyuruh menyembah hanya kepada Allah
yang dia sembah, sebagaimana ucapan Yesus sebagai berikut :
“Maka berkatalah Yesus kepadanya : “Enyahlah , Iblis! Sebab ada
tertulis “ Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!” (Matius 4 : 10)
Ucapan Yesus
dalam Injil Matius 4 : 10 tersebut sesuai
dengan pernyataan nabi Isa (Yesus) dalam Qs 43 Az Zuhruf
64 sebagai berikut :
64. Sesungguhnya Allah Dialah
Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang
lurus.
14. HARUS ADA
NAMA AGAMA YG BERASAL DARI TUHANNYA, BUKAN DARI MANUSIA
19. Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(Qs 3 Ali Imran 19)
85. Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (Qs 3 Ali Imran 85)
“Pada hari ini
telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepada kamu
nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kamu.” (Qs 5 Al Maidah )
Kristen Adalah
Nama Agam Buatan Manusia
Dalam Kisah
Rasul 11 : 24 – 26 disebutkan sebagai berikut
:
“24. Karena Barnabas adalah roang baik, penuh dengan Roh
kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. 25. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus
(Paulus) dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. 26. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu
tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu
untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
14. TERJAGANYA
SELURUH WAHYU ITU DENGAN HAFALAN PARA PEMELUKNYA DARI AWAL DIWAHYUKAN
SAMPAI KIAMAT.
Dalam Al
Qur’an telah menjamin keaslian firmanNya yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
saw. dan Dia pun memelihara keasliannya sampai kapanpun. Sebagaimana firmanNya
:
9. Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya (Qs 15 Al Hijr 9)
Firman Allahh
tersebut diakui oleh dunia, sebab kenyataannya Al Qur’anh itu benar-benarh
dihapal oleh jutaan orang du dunia. Bahkan anak kecil pun banyak yang hapal LA
Qur’an. Ini merupakan suatu bukti yang tak terbantahkan oleh umat beragama
lainnya, sebab tidak ada satu kitab suci dari agama lainnya di dunia ini yang
benar-benar dihapal di luar kepala oleh pemeluknya selain kitab suci Al Qur’an.
Oleh sebab itu Al Qur’an adalah mu’jizat Rasulullah SAW yang tak
terbantahkan.
Bagaimana
dengan Alkitab? Ternyata tidak ada satu pun orang di dunia ini yang hapal
Alkitab di luar kepala. Bahkan Paus yang ada di Roma mustahil hapal Seluruh
Alkitab tersebut. Kenapa Alkitab tidak mungkin bisa dihapal seluruhnya?
Jawabannya karena Alkitab tidak murni lagi sebagai firman Allah, tapi sudah
bercampur dengan tulisan manusia biasa. Dan di dalam Alkitab tidak ditemukan
ayat pun dimana Allah menyatakan bahwah Alktab tersebut dia yang menurunkan atau
yang mewahyukan dan Dia yang menjaganya.
Dari 15 point
yang menjaadi syarat sebuah kitab dikatakan suci, ternyata tidak ada satupun
yang memenuhi syarat terhadap Alkitab (Bible). Pada dasarnya ayat-ayat yang
memenuhi syarat dalam Alkitab (Bible), memang ada, tapi tidak kami muat. Sebab
dalam buku ini bukan membahas yang benar atau yang memenuhi syarat. Sengaja
dimuat ayat-ayat Alkitab (Bible) yang tidak memenuhi syarat, sebab dengan
bercampurnya ayat-ayat yang tidak memenuhi syarat tersebut ke dalam Alkitab,
membuat kitab itu tidak suci lagi, karena bercampur antara yang haq dan yang
bathil. Bercampurnya antara yang haq dan yang bathil dalam Alkitab, sejak hampir
15 abad yang lalu telah diingatkan oleh Allah Swt. di dalam kitab suci Al Qur’an
yaitu pada surat Al Baqarah 79 sebagai berikut
:
79. Maka
kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk
memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka
kerjakan. (2)(Qs 2 Al Baqarah
79)
Informasi yang
diberikan Al Qur’an tersbeut terbukti bahwa memang benar bahwa Alkitab (Bible)
benar-benar telah dikotori oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung
jawab. Oleh sebab itu mengimani Alkitab (Bible) sebagai 100% firman Tuuhan,
adaah suatu kebodohan yang sangat merugikan manusia dalam memilih mana agama
yang benar, mana agama yang sudah tidak benar. Makanya agar manusia bisa
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat, Allah Swt mengutus seorang Rasul
terakhir (Muhammad) dengan membawa kitab suci yang sempurna (Qur’an) sebagai
petunjuk kepada manusia, dan agama yang benar (Islam), sebagaimana firman Nya
dalam surat 61 (Ash Shaff) 9 sebagai berikut
:
9. Dia-lah yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya
di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.
(Qs 61 ash Shaff 9)
Setelah
diutusnya Nabi Muhammad saw. dengan membawa Al Qur’an dan agama Islam, maka
Allah Swt memerintahkan kepada Muhamamd saw. untuk mengajak para Ahli Kitab
(Yahudi dan Nashara) agar mereka masuk ke dalam agam Islam supaya mereka
selamat, sebagaimana firman Nya dalam surat 3 ( Ali
Imran ) ayat 20 sebagai berikut :
20. Kemudian jika
mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan
kepada orang-orang yang ummi[190]: "Apakah kamu (mau) masuk Islam."
Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah).
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Qs 3 Ali Imran
20)
Ayat di atas
ini sebenarnya merupakan perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengajak umat
Kristen agar masuk Islam. Dan hal itu benar-benar beliau lakukan dalam dakwahnya
selama beliau masih hidup. Untuk itu agar umat Kristiani tidak tersesat, maka
Allah wahyukan kepada Rasulullah Muhammad untuk mengajak mereka kembali kepada
kalimat Tauhid yaitu laa ilaaha illallaahu, jangan mempersekutukan Allah, jangan
menjadikan tuhan-tuhan lain selain Allah, sebagaimana firmanNya dalam surat
3 (Ali Imran) ayat 64 sebagai berikut
:
64. Katakanlah: "Hai Ahli
Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)." (Qs 3 Al Baqarah 64)
Ayat di atas
ini dimulai dn3gan kata “Qul” yang artinya “katakanlah”. Maksud dari kata “Qul”
(katakanlah) yaitu Rasulullah saw. diperintahkan untuk katakan, sampaikan, ajak
atau dakwahkan kepada Ahli Kitab.
Rasululllah
Muhammad saw. adalah seorang yang amanah, ketika dia menerimawahyu Allah yang
intinyah berupa perintah kepadanya “Qul” atau “katakanlah”, maka perintah
tersebut benar-benar beliau lakukan, beliau sampaikan, beliau laksanakan, beliau
dakwahkan. Sebagai contoh ketika Rasulullah saw. masih hidup, beliau berkirim
surat kepada Heraclius
yaitu seorang raja Romawi di Syam sebagai berikut :
“Bismilaahir
Rahmaanir Rahiim”
“Dari Muhammad
hamba Allah dan rasul Nya kepada Heraclius orang agung bangsa Romawi.
Selamatrlah atas barang siapa yang sudi mengikuti kebenaran.”
“Maka dengan
ini aku mengajak engkau dengan seruan Islam. Islamlah supaya kamu selamat, dan
Allah akan memberikan pahalaNya atas engkau dua kali. Tetapi jika engkau
berpaling, maka dosa seluruh penduduk Erisiyin tertanggung atas pundak
engkau.”
“Katakanlah:
"Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak
ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah".
Surat Rasulullah saw. ini
membuktikan kepada kita bahwa setiap wahyu Nya yang dimulai dengan “Qul” yang
artinya “Katakanlah”, benar-benar beliau katakan atau sampaikan. Sekarang beliau
sudah tiada, sahabatnya sudah tiada, tabi’in dan generasi selanjutnya pun
semuanya sudah tiada. Yang ada sekarang ini adalah kita-kita umat
Muhammad. Ini berarti kitalah yang harus meneruskan risalah beliau. Kitalah yang
meneruskan perintah Allah tersebut, kitalah pewaris semua yang Allah perintahkan
kepada beliau.
Kalau begitu
pertanyaannya; sudajkah kita mengatakan, menyampaikan, mendakwahkan serta
mengajak mereka yang non muslim agar mau masuk Islam? Kalau belum, maka berarti
ada suatu kewajiban yang mestinya kita tunaikan, kita lakukan, sebagai wujud
kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya.
Tetapi ada
sebagian umat Islam dengan entengnya mengatakan “Lakum dinukum wa liyadiin.”
(bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku). Mereka idak menyadari bahwa “lakum
dinukum wa liya diin” berada pada ujung ayat, padahal awal surat tersebut dimulai dengan “Qul” yang
artinya “katakanlah”. Ini bermakna bahwa hendaklah disampaikan dulu, didakwahkan
dulu, diajak dulu mereka masuk Islam. Setelah kita berusaha sampaikan, lalu
mereka tetap tidak mau, berarti kita telah menunaikan kewajiban kita. Setelah
kita tunaikan kewajiban, kita berserah diri kepada Allah, sebab hanya Allah
pemilik hidayah. Sebab jika Allah mengehndakinya, isnya Allah mereka masuk
Islam.
Oleh sebab itu
bagi orang – orang yang mengatakan “lakum dinukum wa liya diin” pada dasarnya
ibarat belum perang sudah menyerah, belum berbuat sudah kalah duluan.
Mudah-mudahan dengan hadirnya buku kecil ini, diharapkan khususnya kepada para
da’i, atau aktifis Islam lainnya, amrilah berdakwah Islam pada mereka yang non
muslim.kita ajak merea agar masuk Islam supaya mereka juga biusa merasakan
nikmatnya Islam, bisa menyelamatkan mereka dunia akhirat. Dengan demikian insya
Allah Islam ini benar-benar akan menjadi agama yang ‘rahmatan lil
‘aalamiin”
Bagaimana sikap
kaum muslimin terhadap Ahli Kitab?
“Apabila ada
Ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) berbicara kepadamu, maka janganlah kamu benarkan
semuanya dan kangan pula kamu dustakan semuanya. Tetapi katakanlah kami beriman
kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kami beriman kepada apa yang
diturunkan sebelumnya. Apabila yang dikatakannya benar, maka janganlah kamu
mendustakannya. Tetapi apabila yang dikatakannya itu bathil (bukan berasal dari
Allah), maka janganlah kamu benarkan.” (HR Muslim,Abu Dawud dan
Tirmidzi).
Hadits
tersebut memberikan makna kepada kita kaum muslimin, bahwa Alkitab (Bible) sudah
tidak murni lagi. Sudah bercampur antara yang haq dengan yang bathil. Oleh sebab
itu apa saja yang disampaikan oleh Yahudi dan Nasrani, jika tidak bertentangan
dengan Al Qur’an dan Hadits, kita terima. Tetapi bila bertentangan, kita
tolak.
(2). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 79) turun tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat.
(Diriwayatkan oleh an-Nasa'i yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 79) tentang padri-padri bangsa Yahudi yang mendapatkan sifat-sifat Nabi SAW tertulis dalam kitab Taurat yang berbunyi: Matanya seperti yang selalu memakai cela, tingginya sedang, rambutnya kriting, mukanya cantik." Akan tetapi mereka hapus (kalimat tersebut dari Taurat) karena dengki dan benci serta menggantinya dengan kalimat: "Badannya tinggi, matanya biru, rambutnya lurus."
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
[190].
Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tulis baca. Menurut sebagian
ahli tafsir yang dimaksud dengan ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu
tulis baca. Menurut sebagian yang lain ialah orang-orang yang tidak diberi Al
Kitab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar