Bagian ke-21 (terakhir)
Berdasarkan tulisan di salah satu edisi dari majalah Times terbitan Amerika,
misionaris yang dikirim ke negara-negara Islam antara tahun 1982 dan 2001,
jumlahnya telah meningkat dua kali lipat. Biasanya, negara-negara yang
mengalami pergolakan dan ketidakstabilan politik akibat perang internal,
menjadi sasaran utama para misionaris tersebut. Afghanistan dan Irak,
merupakan di antara negara-negara muslim yang mengalami ketidakstabilan
politik dan
menjadi lahan subur bagi para misionaris untuk melancarkan
aktivitasnya.
Dalam
tiga dekade terakhir ini, situasi politik dalam negeri Afghanistan telah
memberi peluang kepada para misionaris untuk melancarkan gerakan
Kristenisasinya di sana. Sebagaimana yang kita ketahui, selama
bertahun-tahun peperangan antara Mujahidin Afghanistan melawan Tentara
Merah Soviet, sebagian rakyat Afghanistan mengungsi ke Pakistan. Pada
periode tersebut, para misionaris dengan berkedok organisasi pemberi bantuan
internasional dari berbagai negara Eropa dan AS, berdatangan ke Pakistan.
Mereka berusaha keras agar bisa mempengaruhi rakyat Afganistan dengan
memanfaatkan kemiskinan dan ketidakberdayaan mereka. Ribuan naskah Injil dan
buku-buku propaganda Kristen lainnya disebarkan di antara para pengungsi
Afghanistan agar mereka tertarik kepada ajaran Kristen. Namun, aktivitas
para misionaris itu tidak mencapai keberhasilan karena ikatan yang kuat
antara rakyat Afghan dengan agama dan keyakinan mereka, serta usaha para
ulama dan kelompok Mujahidin Afghanistan untuk memberikan penerangan kepada
rakyat tentang tujuan para misionaris itu.
Dimulainya perang internal antara kelompok Mujahidin dengan kelompok
Thaliban, yang berhasil menguasai pemerintahan di Afghanistan, menambah
penderitaan rakyat. Kelompok Thaliban yang bersikap kasar dan keras
sekaligus menerapkan politik yang kaku dan ketat atas nama Islam, telah
membuat kehidupan rakyat Afghan sangat tertekan. Kesempatan ini digunakan
para misionaris Barat untuk menyebarluaskan ajaran dan budaya Kristen,
kembali dengan berkedok organisasi pemberi bantuan internasional. Menyusul
adanya serangan dan pendudukan AS di Afghanistan, para misionaris semakin
leluasa melakukan aktivitasnya karena mendapatkan perlindungan dari para
tentara AS.
Perlu
disebutkan pula, organisasi pemberi bantuan AS, biasanya terdiri dari
kelompok-kelompok yang beraliran ekstrim Kristen-Zionis. Kelompok ini
memiliki pengaruh besar di Gedung Putih dan merupakan pendukung politik
konfrontatif AS, di antaranya invasi ke Irak dan Afghanistan. Menyusul
invasi AS ke Irak, puluhan organisasi misionaris dengan berlindung di balik
nama organisasi pemberi bantuan, telah dikirimkan ke Irak. Beberapa waktu
yang lalu, harian "Independent" terbitan London menurunkan sebuah makalah
karya Andrew Campbell. Ia menulis, "Delapan ratus orang misionaris Kristen
dengan dalih menyebarkan bantuan makanan, telah berangkat ke Irak untuk
menyebarluaskan ajaran Kristen. Kelompok ini berencana untuk membagi-bagikan
Injil yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Mereka ini datang dari
kelompok-kelompok Kristen yang sangat anti Islam."
Dengan kehadiran tentara AS di Irak, bukan hanya para misionaris yang
mendapat kesempatan untuk beraktivitas di Irak. Orang-orang Yahudi pun tidak
ketinggalan untuk berusaha menarik pendukung dari kalangan orang-orang Irak.
Kelompok Yahudi ini berusaha menyebarluaskan pemikiran mereka dengan
membagi-bagikan Taurat. Beberapa waktu yang lalu, beberapa media massa Turki
melaporkan penahanan sekelompok orang oleh badan keamanan Turki di dekat
perbatasan Turki dan Irak. Mereka saat itu tengah berusaha untuk membawa
ribuan jilid Taurat ke Irak.
Usaha
para misionaris Yahudi untuk menyebarluaskan Taurat di Irak ini bisa kita
tinjau dari keyakinan mereka mengenai tanah yang dijanjikan Tuhan bagi
orang-orang Yahudi. Dalam keyakinan mereka yang salah tersebut, Irak
merupakan bagian dari tanah yang dijanjikan itu. Sebagaimana yang
diberitakan, pemerintah AS berencana untuk membagi-bagi kawasan Irak dan
mengubah kebudayaan kawasan utara Irak. Oleh karena itu, penyebaran Taurat
memiliki peran dalam mencapai tujuan tersebut.
Masuknya para misionaris ke Afghanistan dan Irak, menyusul invasi AS ke
kedua negara ini, merupakan sebuah fakta yang perlu dibahas lebih lanjut.
Sebagaimana yang ditulis oleh majalah Time, dari tiap dua orang misionaris
yang dikirim oleh Barat ke negara-negara muslim, salah satunya adalah warga
negara AS. Mereka dengan berbagai cara berusaha untuk menarik perhatian
rakyat miskin. Mereka memberikan obat-obatan kepada anak-anak dan
menyediakan vaksin untuk hewan ternak. Mereka juga mengajak rakyat miskin
itu untuk ikut serta dalam upacara doa Kristiani mereka. Semua itu dalam
rangka mengubah kaum muslimin menjadi pemeluk Kristen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar