Selasa, 03 Januari 2012

Gerakan Kristenisasi-Missinaris-Penjajah

Aktivitas misionaris di negara-negara Islam memiliki sejarah yang panjang. Misionaris adalah sebutan untuk siapa saja yang mengemban tanggungjawab untuk menyebarkan kristen. Misionaris masuk ke berbagai negara dengan tujuan untuk memperkenalkan dan memperluas penyebaran akidah Kristen. Tetapi seiring dengan berlalunya zaman, mereka masuk seiring dengan invasi kaum imperialis. Dengan cara ini mereka mampu menyusup masuk dan melakukan infiltrasi di kawasan-kawasan yang telah ditaklukkan kaum imperialis tersebut. Pak, peneliti Cina dalam bukunya yang berjudul China and The West menukil ucapan Napoleon sbb:
“Delegasi misionaris agama bisa memberikan keuntungan buatku di Asia, Afrika, dan Amerika karena aku akan memaksa mereka untuk memberikan informasi tentang semua negara yang telah mereka kunjungi. Kemuliaan pakaian mereka tidak saja melindungi mereka, bahkan juga memberi mereka kesempatan untuk menjadi mata-mataku di bidang politik dan perdagangan tanpa sepengetahuan rakyat.”
Pada awalnya aktivitas misionaris hanya bergantung pada tenaga manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, para misionaris bergerak secara lebih sistematik dan dalam rangka mencapai tujuannya,  mereka membentuk lembaga-lembaga dan  organisasi. Aeten Sezar, penulis Turki mengenai hal ini menulis:
“Pada abad ke17 masehi, gereja Katolik Roma yang memiliki kekuasaan atas pemerintahan Eropa, mendirikan Kementerian Propaganda Agama di Vatikan dengan mendirikan dan mengembangkan agama kristen di dunia. Bersamaan dengan gerakan ini, sekolah propaganda agama asing telah dibangun di Paris dengan pembiayaan dari kementrian tersebut. Berbagai institusi juga telah didirikan di Jerman, Perancis, dan Belgia disertai dengan aktivitas misionaris yang berpengaruh. Dalam rangka propaganda ini pula, sekolah-sekolah baru turut didirikan untuk memberikan latihan yang lebih baik kepada misionaris.
Yang memberikan kesempatan bagi  meluasnya kehadiran misionaris kristen di negara-negara timur adalah masuknya tentara imperialis di kawasan itu. Seperti yang kita ketahui bersama, aksi penjajahan Portugis dan Spanyol mendapat dukungan Paus Iskandar ke-enam pada abad ke 15 masehi.  Paus memberi dukungan kepada pemerintah Spanyol dan Portugal dengan syarat kedua imperialis ini memberi jalan kepada misionaris kristen untuk masuk ke negara jajahan dan mendukung segala upaya dan aktivitas delegasi misionaris kristen dalam menyampaikan ajaran mereka kepada rakyat di sana.
Kardinal Ximenes pada tahun 1516, dalam rangka perluasan infiltrasi dan pengokohan gerakan kristen, memberi perintah supaya setiap serangan ke India Timur dan Barat haruslah diiringi oleh misionaris kristen. Adakalanya delegasi dakwah agama juga disertai oleh penemu dunia. Abdulhadi Haeri, penulis buku ‘Pertentangan pertama pemikiran Iran’ menulis :

“Langkah pertama dunia barat dalam menaklukkan bumi timur pada dasawarsa 15 masehi dilakukan oleh orang-orang Portugis. Pelopor pertama dari kaum penjajah itu adalah Henry si Pelaut. Dia juga disebut sebagai pemimpin besar kelompok Kristen. Ambisinya yang terbesar adalah menumpas umat Islam. Dia berusaha keras memperluas imperialisme portugis di timur dan melakukan kristenisasi di sana.”
Sebagian percaya bahwa sebab utama permusuhan  di antara sebagian kapitalis dengan umat Islam adalah dampak dari perang salib. Karl Heinrich Bekker, orientalis dan politikus Jerman, menyebutkan bahwa permusuhan kapitalis gereja dengan Islam mempunyai sejarah yang bermula sejak zaman kemunculan Islam. Islam kemudian semakin berkembang pada abad pertengahan dan secara gradual masuk ke negara-negara berpenduduk kristen. Gairdner juga membenarkan pernyataan Bekker ini. Dia menyatakan bahwa kekuatan yang tersembunyi dalam Islam menyebabkan Eropa merasa takut dan terjadilah permusuhan antara gereja dan Islam.
Invasi dua negara imperialis Portugis dan Spanyol ini, kemudian diikuti pula oleh negara Eropa yang lain seperti Belanda, Perancis, Inggeris, dan Russia. Mereka pun turut melaksanakan kebijakan mengembangkan agama kristen dan menggunakannya sebagai sebuah faktor pendukung bagi penguasaan dan penaklukan daerah jajahan.
Selepas itu,  agama Protestan juga turut melakukan aktivitas mereka di dunia timur dan memperluas agama mereka di negara-negara jajahan. Para misionaris agama Protestan yang mendapat dukungan eropa dan berbagai perusahaan mereka di timur ini memulai aktivitas mereka dengan mengkristenkan penduduk daerah jajahan. 

Sebagian para pakar menyebutkan bahwa akar utama kerjasama antara gerakan misionaris dengan para imperialis ialah perang salib. Salah satu periode yang amat penting dalam sejarah hubungan dunia Islam dan Kristen adalah era Perang Salib. Perang Salib dimulai pada tahun 1095 Masehi atau 489 Hijriah dan berlangsung sampai selama hampir dua abad.  Jumlah perang yang terjadi selama masa itu tidaklah jelas, namun perang terbesar terjadi sepuluh kali dan di setiap perang terjadi banyak pertempuran. Di sepanjang Perang Salib, yang dimulai dengan serangan orang-orang Kristen ekstrim untuk menaklukkan Baitul Maqdis, ratusan ribu umat Islam telah terbunuh. Namun,  umat Islam berhasil mempertahankan Baitul Maqdis dan tentara salib terpaksa meninggalkan Suriah, Mesir, dan kawasan muslim lainnya.
Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai penyebab dan motivasi terjadinya Perang Salib ini.  Doktor John L. Esposito, dosen universitas George Town Amerika menulis: Sebagian besar masyarakat Barat mengakui adanya kenyataan tertentu yang berhubungan dengan Perang Salib, tetapi banyak di antara mereka yang tidak mengetahui bahwa  Perang Salib yang mengakibatkan korban yang amat besar ini adalah atas perintah Paus. Bagi umat Islam, kenangan atas Perang Salib merupakan satu contoh nyata dari militerisasi kristen ekstrim, sebuah kenangan yang membawa pesan bagi serangan dan imperialisme Kristen barat.
Menurut para ahli sejarah, Perang Salib adalah hasil dari kebijakan para pemimpin gereja, pemerintah Eropa, serta misionaris yang menentang Islam. Sikap tamak dan kefakiran yang melanda masyarakat Barat membuat mereka berambisi merebut kekayaan umat Islam dan inilah salah satu alasan dimulainya Perang Salib. Alasan-alasan lainnya adalah keinginan mengekspansi wilayah Eropa,  timbulnya fanatisme terhadap agama, keinginan untuk menaklukkan Baitul Maqdis, serta membebaskan pemakaman suci di sana.
Perang Salib pertama dimulai di bawah pimpinan Urbanus kedua. Dengan fatwa para pendeta kristen, pasukan besar Eropa, disertai tokoh-tokoh pemerintah Eropa dan pimpinan gereja bergerak menuju Baitul Maqdis yang berlokasi di tanah pendudukan Palestina. Di sepanjang kota-kota Islam yang mereka lalui, mereka membunuhi ratusan ribu manusia, lelaki, wanita, dan anak-anak. Sejarawan terkenal Perancis, Gustav Lubon mengenai Perang Salib menulis, “Di zaman terjadinya Perang Salib, peradaban timur berada dalam tahap kegemilangannya berkat Islam. Sebaliknya, Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kezaliman. Ada sekelompok tentara salib yang ganas. Mereka membunuh dan merampok kawan maupun lawan,  kelompok sendiri maupun pasukan asing.”
Perang Salib membawa kemajuan sosial bagi masyarakat Barat. Rakyat Eropa yang saat itu berperadaban rendah, mulai mengenal kecemerlangan peradaban umat Islam dan mereka mulai mempelajari ilmu dan peradaban dari rakyat muslim. Tetapi, seperti apa yang telah ditulis oleh sejarawan terkenal bernama Twin B, “Orang-orang Kristen mengambil manfaat dari kemajuan peradaban dan kesenian umat Islam tetapi permusuhan bersejarah fanatisme Kristen dengan Islam Timur tidak pernah berkurang.”
Will Durant penulis sejarah yang terkenal, mengenai infiltrasi dua dunia, yaitu Kristen dan Islam, di sepanjang Perang Salib, menulis, “Infiltrasi dunia Kristen terhadap Islam hanya terbatas pada sebagian budaya agama dan perang, tetapi dunia Islam melakukan berbagai infiltrasi dalam dunia kristen. Sebaliknya, dari Islam, Eropa mengadopsi makanan, minuman, obat-obatan, kedokteran, persenjataan, selera dan kecenderungan seni, metode industri dan perdagangan, undang-undang, dan metode kelautan.
Di sepanjang era perang Salib dan pasca perang, terutama ketika Byzantium jatuh ke tangan umat Islam, mereka mulai merusak citra Islam dan menyajikan gambaran yang telah diubah di kalangan orang-orang Kristen. William Montgomery Watt, seorang peneliti Inggris, pernah menulis bahwa wajah Islam yang telah diubah oleh pendeta Kristen. Dalam pemikiran umat Kristen pada abad ke-12 ditanamkan penggambaran bahwa Islam itu agama pedang dan kekerasan serta Nabi Muhammad SAW adalah penentang Nabi Isa a.s. Menurut Watt, hasil dari distorsi penggambaran Islam ini berlanjut hingga abad ke-19 dalam pemikiran orang-orang Eropa. Malah, hingga saat ini, distorsi itu tetap kekal dalam pemikiran masyarakat Barat dan dampaknya masih bisa dilihat sampai hari ini. Watt juga menambahkan bahwa pembentukan gambaran buruk mengenai Islam sebagian besar merupakan reaksi umat Kristen yang melihat bahwa peradaban umat Islam di Andalus amat tinggi melampaui mereka.  
Sebagian peneliti menyebutkan selain Perang Salib, alasan politik juga  menjadi penyebab lain terjadinya kerjasama antara misionaris dengan imperialis. Mereka menggunakan ucapan  pemimpin gereja seperti Yulius Richter sebagai dalil. Yulius telah mencerca umat Kristen yang telah membiarkan kekaisaran Byzantium secara berangsur-angsur digantikan oleh emperator Islam dan berlanjut dengan jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke tangan umat Islam. Para peneliti yang berpendapat seperti ini sepertinya lupa bahwa infiltrasi umat Islam di berbagai penjuru dunia muncul sebelum adanya gerakan militer. Infiltrasi ini berakar dari masalah kebudayaan dan kepercayaan.
Dari sudut ini, bisa dipahami mengapa umat Islam dalam masa yang singkat dan dengan fasilitas yang sedikit bisa memperluas kekuasaannya. Thomas V Arnold, menerangkan falsafah kemajuan Islam sebagai berikut.
“Ketika tentara Islam tiba di Jordan, orang-orang Kristen Jordan menulis surat yang isinya sbb: Wahai umat Islam, kalian lebih kami sayangi daripada orang-orang Roma, meskipun  mereka seagama dengan kami, tetapi kalian berperilaku lebih mulia, lebih adil, dan lebih baik terhadap kami.”
Infiltrasi dan perkembangan Islam di Eropa, bisa disebutkan sebagai salah satu dari penyebab terjadinya kerjasama antara gerakan misionaris gereja dengan pihak imperialis. Menurut pandangan Norman Daniel dalam bukunya berjudul “Islam and the West: The making of an image”, penentangan politik dunia Kristen terhadap dunia Islam berubah menjadi satu pemikiran yang menguasai Barat. Ide ini terus tertanam dalam pikiran Barat meskipun ideologi persatuan Eropa telah hancur dan agama Kristen telah terpecah menjadi Katolik dan Protestant.


Tidak ada komentar: