Bagian Keenam
Salah satu metode penyerangan Barat terhadap kebudayaan dan
berbagai ajaran slam, ialah dengan mengadakan berbagai penelitian dan
penyelidikan mengenai Islam. Para misionaris merupakan peneliti Barat
pertama, yang hadir di berbagai negara Islam dan melakukan penelitian
mengenai Islam dan kaum muslimin. Di masa-masa lalu, motivasi terpenting
para misionaris adalah motivasi agama. Sebagian besar tulisan-tulisan mereka
mengenai Islam menggunakan berbagai sumber abad pertengahan dengan
memperhatikan kondisi waktu itu, misalnya berbagai perang Salib, dan
interaksi antara kaum muslimin dan kristen di Andalusia dan Spanyol.
Berbagai tulisan tersebut dibuat agar orang-orang Kristen
Eropa berpandangan jelek terhadap Islam. Tujuan utama para misionaris pada
tahun-tahun tersebut ialah untuk
menjauhkan orang-orang Kristen dari
pengenalan atas Islam yang sebenarnya. Para misionaris tersebut berupaya
menunjukkan pandangan dan citra Islam yang negatif dan mereka menggambarkan
wajah Islam yang telah tercoreng dan tidak bisa diterima dikalangan
masyarakat Barat. Tentu saja, setelah terjadinya Renaisance, motivasi
politik dan ekonomi telah bercampur-baur dengan motivasi agama.
Pada tahun-tahun ini, terbentuklah kelompok baru dari
kalangan peneliti Barat yang disebut sebagai orientalis atau ahli ketimuran,
yang secara lahiriah mengadakan penelaahan dan penelitian mengenai Islam
dengan cara dan metode ilmiah. Namun, beberapa lama kemudian terbukti bahwa
penelitian ini menghasilkan penulis-penulis yang menulis mengenai Islam
dengan cara menyimpang dan tendensius. Mereka berusaha menciptakan
keragu-raguan terhadap agama-agama samawi.
Para misionaris selalu berusaha menciptakan keragu-raguan
terhadap Islam dan menghapuskan kesucian agama Ilahi ini. Mereka mengenalkan
agama Islam sebagai sebuah agama duniawi yang jauh dari nuansa dan
eksistensi Ilahi. Mereka menginginkan agar proses tahrif atau penyelewengan
yang terjadi pada sejarah dua agama Ilahi terdahulu, yaitu Yahudi & Kristen,
juga terjadi dalam sejarah agama Islam. Sebagaimana yang kita ketahui dalam
sejarah Yahudi dan Kristen, tampil sebuah kelompok yang mengklaim diri
sebagai pendukung utama agama. Orang-orang tersebut, meski secara lahiriah
menjaga dan berpegang teguh pada risalah mereka, yaitu Taurat dan Injil,
namun secara bertahap menyampaikan khutbah-khutbah yang bertentangan dengan
kitab suci mrka.
Penyimpangan dalam kedua agama ini terlihat secara jelas dan
bahkan diakui oleh para pemuka gereja dengan dikeluarkannya sebuah perintah
dari Paus untuk membentuk sebuah komisi penyelidikan khusus guna menyusun
penafsiran baru terhadap Injil. Masalah ini dilaporkan oleh berbagai kantor
berita pada tahun 1993. Komisi penelitian itu menyebutkan bahwa setelah
mengadakan pengkajian dan mengamatan berbagai segi terhadap berbagai versi
kitab Injil, disimpulkan bahwa isi kitab tersebut tidak relevan dengan
hukum-hukum Ilahi.
Surat kabar Australia “Australian” terbitan Sydney, pada
tahun 1995 telah melaporkan berita bahwa Dewan Yahudi dan Kristen Australia
mengusulkan penghapusan nama orang-orang Yahudi dari Injil, kemudian diganti
dengan nama-nama sebagian penduduk Baitul Maqdis. Surat kabar Australia ini
menulis bahwa revisi terhadap berbagai pasal Injil yang bertujuan untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan umat manusia dewasa ini, mendapatkan
reaksi negatif dan luas dari kalangan orang-orang Kristen.
Para misionaris dengan memunculkan berbagai keraguan
terhadap dengan kitab suci kaum muslimin, yakni Al-Qur’anul Karim, berusaha
mengurangi nilai kesucian kitab Ilahi ini. Para misionaris ini meyakini
bahwa melalui cara tersebut… yang terjadi dalam agama yahudi dan Kristen
juga terjadai dalam agama Islam. Oleh karena itu, salah satu cara propaganda
kelompok misionaris dan orientalis ini, berusaha agar orang-orang Islam
menerima bahwa Nabi saww memiliki guru orang-orang Yahudi dan Kristen. Hal
ini dinyatakan oleh David Shamuel Margoliuth, seorang dosen Univ. Oxford
yang hidup antara tahun 1858 sampai 1940.
Dalam bukunya yang berjudul “Mohammad and The Rise of Islam
dia menulis bahwa Jabir adalah seorang guru yang mengajar Nabi Muhammad.
Lalu, setelah dia mendengar wahyu Ilahi yang disampaikan oleh nabi Muhammad,
uaitu beberapa ayat dari Surat Yusuf, jabir pun akhirnya masuk Islam. Fakta
yang ditulis Margoliuth ini memiliki kontradiksi. Bagaimana mungkin
seseorang yang awalnya adalah guru nabi, kemudian bisa dipengaruhi oleh
muridnya dan memeluk agama Islam?
Metode dakwah kaum Misionaris, selalu menyelewengkan Islam
dan berupaya untuk merendahkan nilai-nilai Islam, serta menunjukkan wajah
buruk Islam yang jauh dari peraban kaum muslimin. Hendry Jesp seorang
propagandis AS, menyebut kaum msulimin tidak berperadaban, menulis : Islam
telah memberikan pukulan yang telak terhadap kebudayaan dan peradaban
manusia. Tidak bisa dilupakan bahwa dalam periode kegelapan Abad Pertengahan,
dimana saat itu Eropa berada dibawah kekuasaan Gereja, sehingga tak seorang
pun dapat berkata dengan Ilmu, namun kaum muslimin telah berpengalaman dan
menjadi bukti sejarah, betapa mereka yang senantiasa dibawah ajaran-ajaran
Islam, telah tampil menjadi pelopor pada salah satu periode berkembangnya
Ilmu dan Peradaban Sejarah Ummat Manusia.
Ny. Dr. Zigrid Hunakeh seorang peneliti Jerman dalam sebuah
buku yang berjudul : Kebudayaan Islam di Eropa, menyinggung berbagai
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Industry kaum Muslimin. Beliau dalam
mukaddimah bukunya menulis : Meski Dunia Islam timbul di Eropa spanjang 1400
tahun, namun berbagai informasi mengenai peradaban Islam sangat sedikit
mereka peroleh bila dibandingkan dengan berbagai peradaban lainnya, meski
demikian kebanyakan informasi mengenainya (Islam) adalah salah…Dan ini
merupakan dosa orang-orang Barat dalam sejenis penulisan sejarah, yang
senantiasa mencegah menjelaskan hakikat. Para penulis sejarah Kristen
sengaja melakukan penyelewengan yang serius terhadap kaum muslimin, sehingga
pekerjaan-pekerjaan yang besar berupa Peradaban Islam nampak menjadi remeh
dan tidak ada artinya samasekali. Bahkan para penulis sejarah yang baru,
juga melakukan tekhnik meremehkan semacam ini, sekecil apapun konspirasi
yang nampak mereka tutup mulut dan membiarkan hal itu terus berlanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar