Senin, 16 Januari 2012

Sejarah Gerakan Misionaris Di Dunia Islam 8

Bagian Kedelapan
Sebagaimana yang sudah kita ketahui, para rasul yang diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan kebenaran dan menyelamatkan manusia, memiliki tempat yang mulia di antara para pengikutnya. Oleh karena itu, para rasul amat dicintai dan dihormati oleh para pengikutnya. Ketidakhormatan atau perendahan terhadap posisi seorang rasul merupakan penghinaan terhadap agama Ilahi. Menurut kepercayaan kaum muslimin, semua rasul Tuhan, khususnya Rasulullah Muhammad SAW memiliki posisi yang mulia. Oleh karena itu, kaum muslimin menghormati semua utusan Tuhan yang suci ini.  

Sebaliknya, kaum misionaris berusaha menempatkan para rasul utusan Tuhan itu sebagai manusia biasa, atau bahkan lebih rendah dari itu. Sebagaimana kita lihat dalam tahun-tahun terakhir ini di Barat, banyak buku-buku atau film-film yang isinya merendahkan Nabi Isa a.s.
Cara ini juga diterapkan terhadap Rasul Islam Muhammad SAWW oleh sebagian orang yang fanatik dan berpandangan sempit di Barat. Apalagi, usaha penyelewengan atau pemutarbalikan atas kepribadian Rasulullah memiliki preseden dalam sejarah gereja atau sejarah Barat.
Penyelewengan para misionaris dan orientalis dalam tulisan atau pembicaraan mereka mengenai Rasulullah menunjukkan niat buruk mereka atau, terkadang, ketidaktahuan mereka yang mendalam mengenai agama Islam. Mereka juga sama sekali tidak memberikan dalil atau argumen yang berterima dalam menjelek-jelekkan Rasulullah. Misalnya, sebagian orientalis seperti Elvis Springer dari Austria, menyatakan bahwa nama Muhammad bukanlah nama khusus untuk nabi umat Islam. Nama tersebut berasal dari Dinasti Injil dan pengikutnya. Padahal, bukti sejarah jelas menunjukkan bahwa nama Muhammad telah diberikan kepada rasul Islam sejak dia lahir ke dunia.
Kelompok misionaris dan orientalis lainnya dengan menyelewengkan sejarah berusaha untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya nabi Muhammad adalah seorang yang bisa membaca dan menulis, sehingga Al-Quran merupakan hasil pikiran beliau dan bukan murni firman Allah. Padahal, dalam Al-Quran banyak ayat yang menyebutkan rahasia dan petunjuk mengenai fenomena di dunia, yang mengandung ilmu-ilmu yang tidak diketahui manusia di zaman hidupnya Rasulullah, bahkan berabad-abad kemudian.
Misalnya, dalam surat An-Naml ayat 88, Allah berfirman “Kau melihat bahwa gunung-gunung itu dan mengira bahwa mereka diam tidak bergerak, padahal, mereka itu bergerak seperti awan.” Ayat ini merupakan salah satu mukjizat Al-Quran. Meskipun gunung-gunung kelihatannya diam, Al-Quran menyebutkan bahwa sesungguhnya mereka bergerak bagaikan gerakan awan. Gerakan gunung ini memiliki beberapa penafsiran. Salah satunya, gerakan gunung menunjukkan pada gerakan bumi. Yaitu, gunung-gunung juga bergerak seiring dengan bumi yang berotasi mengelilingi matahari. Artinya, Al-Quran, ribuan tahun yang lalu telah memberitahukan manusia tentang rotasi bumi.
Dengan bukti seperti ini, bagaimana mungkin para misionaris dan orientalis bisa menyatakan bahwa Al-Quran adalah hasil pikiran Nabi Muhammad?   Fenomena mengenai rotasi bumi baru dipahami oleh para ilmuwan berabad-abad setelah Al-Quran diturunkan. Galileo Galilei dan Copernicus pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 mengungkapkan fenomena rotasi bumi ini dan menimbulkan kemarahan gereja. Ini adalah salah satu bukti sejarah bahwa memang sesungguhnya Nabi Muhammad adalah manusia yang ummi atau tidak bisa baca-tulis. Artinya, isi Al-Quran Al-Karim adalah murni firman Tuhan dan bukan hasil belajar Rasulullah.
Kaum misionaris dan orientalis juga membicarakan Rasulullah dengan membuat legenda dan kisah-kisah bohong. Grotius menyatakan bahwa Rasulullah telah mengharamkan umatnya untuk membaca Al-Quran agar mereka tidak menemukan kebohongan dalam kata-kata Muhammad SAWW. Padahal, Quran sendiri bermakna sesuatu yang dibaca dan Al-Quran banyak mengandung ayat yang menyeru kepada manusia agar selalu membaca Al-Quran. Al-Quran juga memiliki banyak ayat yang menyuruh manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya.
Pemikiran dan hasil penulisan para misionaris dan orientalis Barat merupakan sumber kesalahkaprahan para penulis dan pengamat masalah dunia Timur di Eropa. Misalnya penulis Perancis Voltaire pernah memberikan penilaian yang salah terhadap Islam karena dia terpengaruh oleh pemikiran Jean Gagnier. Namun, setelah Voltaire mengenal hakikat Islam, dia berbalik mengecam Gagnier. Voltaire membela Islam dengan mengkritik para penulis yang menggunakan sumber yang tidak benar untuk menukil legenda-legenda yang buruk.
Voltaire berkata, “Saya telah membuat kesalahan besar terhada Muhammad.” Dia lalu membuat tulisan berisi puji-pujian terhadap Nabi Muhammad. Dia mengakui, “Agama Muhammad adalah agama yang berlandaskan akal yang jernih dan Muhammad bukanlah orang gila. Dia adalah seorang pemimpin besar dan pembebas dunia yang hebat serta menyampaikan agama terbesar bagi umat manusia.”
Dewasa ini, para misionaris masih terus melanjutkan cara-cara pendahulunya. Di Barat, kini banyak yang membuat tulisan-tulisan yang lemah untuk menyerang Islam dan karena itu, mereka mendapat hadiah dari para pemimpin negara Barat. Pada tahun-tahun terakhir, dengan semakin meningkatnya perhatikan umat manusia terhadap agama Islam, kaum misionaris berusaha menyampaikan kritikan-kritikan baru mereka terhadap Islam agar umat manusia bisa dijauhkan dari kebenaran Islam. Salah satu metode mereka adalah dengan  menggunakan orang-orang Islam yang telah menjual diri mereka sendiri.
Jika di masa-masa lalu, para misionaris dan orientalis Barat berusaha menyelewengkan kebenaran untuk menutup-nutupi kebenaran Islam dan tokoh-tokoh sucinya , kini, orang-orang seperti Taher bin Jalun, Salman Rushdi, Taslima Nasrin melanjutkan pekerjaan Uskup Turpin, Pendeta Inchbald, dan Pendeta Henry Martin. Mereka menciptakan tulisan yang dikatakan sebagai karya sastra yang jauh dari kebenaran sejarah dan berisi penghinaan terahdap Nabi Muhammad. Dengan cara itu, mereka berusaha menjatuhkan agama Allah ini. Namun demikian, secara jelas bisa dilihat bahwa dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia dan ketertarikan mereka terhadap agama Islam, usaha para misionaris itu menemui kegagalan.

Tidak ada komentar: