Selasa, 11 September 2012

7 Versi Qira'at Al-Qur'an

PENGERTIAN QIRA’AT
Dalam pandangan ulama, Qirâ’at (قراءات) secara etimologis merupakan bentuk jama’ dari qirâ’ah (قراءة) yang merupakan bentuk masdar dari qara’a (قرأ) yang berarti membaca.
Adapun secara terminologi, qirâ’at dalam pandangan ulama memiliki beberapa pengertian.

  1. Qirâ’at berarti salah satu  madzhab (aliran) pengucapan  Qur’an  yang dipilih  oleh salah satu imam qurra’ sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan madzhab lainnya berdasarkan sanad-sanadnya yang sampai kepada Rasulullah Saw.
  2. Menurut Imam Zarkasyi (W 794 H) qirâ’at ialah “Perbedaan lafadz-lafadz yang tersirat dalam Al-Qur’an, baik mengenai huruf-hurufnya maupun tentang Kaifiyyah nya dalam hal takhfîf, tatsqîl maupun antara keduanya
  3. Qirâ’at menurut Az-Zarqôni (W 1367 H) ialah, ” madzhab (aliran) pengucapan al-Qur’an  yang dipilih  oleh salah satu imam qurra’  sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan madzhab lainnya, yang sesuai dengan riwayat dan sanadnya, baik perbedaan yang berkenaan dengan pengucapan dalam huruf ataupun dalam kaifiyahnya.
  4. Menurut Al-Bannâ ad-Dimyâtî, qirâ’at ialah “ilmu untuk mengetahui kesepakatan pembaca atau pembawa al-Qur’an dan perbedaan mereka dalam hal hadzaf, itsbât, tahrîk, taskîn, fasal, wasal dan lain-lain yang berkenaan dengan pengucapan, penggantian dan lainnya dari aspek pendengaran.
Dari pengertian qirâ’at diatas dapat kita simpulkan bahwa text Al-Qur’an telah diturunkan dalam bentuk ucapan lisan, dan dengan mengumumkannya secara lisan pula berarti Nabi Muhammad Saw, Secara otomatis menyediakan teks dan cara pengucapannya pada umatnya, kedua-duanya haram untuk bercerai.
Sejak zaman Rasulullah telah dikenal variasi bacaan Al-Qur’an, yang Nabi sendiri menyatakan hal itu. Namun bukan berarti umat muslim boleh membaca sesuai DIALEK mereka. Variasi bacaan tersebut telah ditetapkan sejak masa Rasulullah yang sudah diakui kebenarannya oleh Rasulullah sendiri.
“… dari Ubay bin Ka’ab mengatakan : Rasulullah bertemu dengan Jibril, maka beliau berkata :
‘Wahai Jibril, sesungguhnya saya diutus kepada umat yang buta huruf, diantara mereka ada orang-orang tua dan sudah udzur, anak-anak, wanita, hamba sahaya serta orang-orang yang tidak pernah membaca buku sama sekali” , Jibril berkata : ‘Wahai Muhammad sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan atas 7 macam huruf ”
Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa Rasulullah menerima wahyu melalui malaikat Jibril dalam 7 macam huruf. Tujuh macam huruf ini yang biasa disebut “Qira’at Sab’ah” (tujuh macam bacaan) . Varian bacaan ini diperbolehkan oleh Rasulullah dan hanya terbatas apa yang diajarkannya. Selanjutnya umat Islam tidak boleh berani membaca dengan selain yang diajarkannya. Dan perbedaan cara baca itu pun tidak melahirkan suatu pertentangan makna.
Mengenai bacaan, Al-Qur`an dibaca dengan beberapa model bacaan.

Ibn Mujahid menuturkan dalam kitab as-Sab’ah fil-Qira’at, bahwa Nabi SAW bersabda, “al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf.”Karenanya, bacaan pada masa itu sangat beragam, sampai dirumuskannya tujuh bacaan (al-Qira’at as-Sab’ah) dengan menisbahkan setiap qira’at kepada salah seorang dari tujuh imam yang terkenal sebagai huffadz al-Qur`an pada masa itu, yaitu:
1. Nafi (w. 169 H) di Madinah, dengan rawinya Qalun dan Warsy.
2. Ibn Katsir (w. 120 H) di Makkah, dengan rawinya Qunbul dan Bazzy.
3. Abu ‘Amr (w. 154 H) di Kufah, dengan rawinya Duri dan Susi.
4. Ibn ‘Amir (w. 118 H) di Damaskus, dengan rawinya Hisyam dan Ibn Dzakwan.
5. ‘Ashim (w. 128 H) di Kufah, dengan rawinya Hafsh dan Syu’bah.
6. Hamzah (w. 80 H) di Halwan, dengan rawinya Khalaf dan Khallad.
7. Al-Kisa’i (w. 189 H), dengan rawinya Duri dan Abul-Harits.
Perlu diperhatikan bahwa varian dalam Al-Qur’an sama sekali berbeda dengan kasus berbagai versi injil ke seluruh bahasa di dunia (tidak ada istilah terjemahan injil, yang ada hanyalah Injil bahasa ingris, injil bahasa Indonesia dan seterusnya) ataupun “revisi” pada setiap “percetakan”.
Satu hal lagi yang dipertegas bahwa masalah Qira’ah Sa’bah bukan suatu hal yang ditutup-tutupi dalam kajian keilmuan Islam. Bagi anda yang sekolah di madrasah ataupun kuliah di universitas Islam pasti akan mempelajari hal ini di dalam mata kuliah “Ulumul Qur’an”. Begitu pun dengan naskah kuno yang dapat anda temukan di beberapa perpustakaan di berbagai belahan dunia. Agaknya hal inilah yang “disajikan” oleh para missionaris kepada para muslim yang belum mengetahuinya agar meragukan keaslian Al-Qur’an saat ini.
Jaminan atas keotentikan Al Quran langsung diberikan oleh Allah SWT yang termaktub dalam firman-Nya
 “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Quran), dan kamilah yang akan menjaganya”’(QS.Al-Hijr 15:9)
 Untuk mempercepat pembahasan kita langsung saja fokus pada kodifikasi Al-Qur’an pd jaman Ustman bin Affan, karena pada periode inilah para Kristener menuduh bahwa bahwa 7 versi Mushaf itu itu dihilangkan dan ditinggalkan hanya 1 versi
AL-QURAN PADA JAMAN KHALIFAH USTMAN BIN `AFFAN
Pada masa pemerintahan Ustman bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah Islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja (’Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al Quran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab, maka mereka membaca Alqur’an sering bercampur dengan dialeg bahasa mereka. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin al-yaman.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat Hudzaifah yang pada waktu itu memimpin pasukan muslim untuk wilayah Syam (sekarang syiria) mendapat misi untuk menaklukkan Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk soviet) dan Iraq menghadap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi dimana terdapat perbedaan bacaan Al-Quran yang mengarah kepada perselisihan.
Ia berkata : “wahai ustman, cobalah lihat rakyatmu, mereka berselisih gara-gara bacaan Al-Quran, jangan sampai mereka terus menerus berselisih sehingga menyerupai kaum yahudi dan nasrani “.
Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di pegangnya untuk disalin oleh panitia yang telah dibentuk oleh Usman yang anggotanya terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al’Ash, Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.
Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Al-Quran ini terjadi pada tahun 25 H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy karena Al-Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka.
Setelah panitia selesai menyalin mushaf, mushaf Abu bakar dikembalikan lagi kepada Hafsah. Selanjutnya Ustman memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan manuskrip Al-Quran selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf.
Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan satu mushaf untuk ia simpan di Madinah yang belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam.
Tindakan Ustman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil meredam perselisihan dikalangan umat islam sehingga ia manuai pujian dari umat islam baik dari dulu sampai sekarang sebagaimana khalifah pendahulunya Abu bakar yang telah berjasa mengumpulkan Al Quran. Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm alAnbath tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqath (titik sebagai pembeda huruf).
Namun standarisasi pada jaman Ustman tidaklah menafikkan bahwa ada 7 macam Qira’ad yang telah dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Sampe sekarang 7 Qira’ad itu masih ada. Hal itu secara tidak langsung mengakibatkan berkembangnya ilmu Al-qur’an (Ulumul Qur’an) saat itu hingga kini. Khalifah Ustman hanya  berpesan untuk menggunakan Logat bahasa suku Quraisy (bahasa asalnya) karena Al Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka agar tidak terjadi perpecahan karena perbedaan dialeg antar suku yg nota bene bukan hanya berasal dari Arab dan bisa menimbulkan perpecahan, tidak menghilangkan Qira’ad sama sekali.
KESIMPULAN:
Sangat keliru jika menyimpulkan Qira’at adalah versi Alqur’an yang berbeda, karena pada dasarnya Qira’at hanya perbedaan cara baca/pelafalan, sedangkan tulisan Alqur’an yg dibaca dengan qira’at apapun tetap saja sama.
Berbeda dengan injil yang memang banyak versinya dan beda-beda juga isinya. Berikut saya paparkan sedikit bukti bahwa dalam injil beda versi bisa juga beda isi:
1) TIGA TAHUN ATAU SEVEN YEARS ?
Kemudian datanglah Gad kepada Daud, memberitahukan kepadanya dengan berkata kepadanya: “Akan datangkah menimpa engkau TIGA TAHUN kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku.” [2 Samuel 24:13, Alkitab Terjemahan Baru (TB),Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994].
Gad datang menghadap dan memberitahukan kepadanya perintah TUHAN itu, katanya, “Mana yang Baginda pilih: Negeri ini ditimpa bencana kelaparan selama TIGA TAHUN, atau Baginda lari dikejar-kejar musuh selama tiga bulan, atau negeri ini diserang wabah penyakit selama tiga hari? Putuskanlah sekarang apa yang harus kusampaikan kepada TUHAN.” [2 Samuel 24:13, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994].
Dari ayat diatas baik dalam versi TB maupun versi BIS dikatakan bahwa negeri Daud akan ditimpa 3 (tiga) tahun kelaparan.
Tetapi menurut berbagai Bible bahasa Inggris dikatakan : So Gad came to David, and told him, and said unto him, Shall SEVEN YEARS of famine come unto thee in thy land? or wilt thou flee three months before thine enemies, while they pursue thee? or that there be three days’ pestilence in thy land? now advise, and see what answer I shall return to him that sent me. [2 Samuel 24:13, Authorised Version 1769, King James Version].
And Gad came to David, and told him, and said to him, Shall SEVEN YEARS of famine come to thee in thy land? or wilt thou flee three months before thine adversaries while they pursue thee? or shall there be three days’ pestilence in thy land? Now be aware and consider what word I shall bring again to him that sent me. [2 Samuel 24:13, DBY - 1889 Darby Translation, John Nelson Darby]
Pada Alkitab Indonesia para penterjemahnya berani MENGUBAH tujuh tahun menjadi tiga tahun. Hal ini terpaksa dilakukan para penterjemah Alkitab Bahasa Indonesia untuk menghindari pertentangan dengan ayat berikut ini : TIGA TAHUN kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini, dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku.” [1 Tawarikh 21:12, Alkitab Terjemahan Baru (TB),Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994].

2) BABI atau BABI HUTAN ?
Demikian juga BABI HUTAN, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. [Imamat 11:7, Alkitab Terjemahan Baru (TB),Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994]
Jangan makan BABI. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. [Imamat 11:7, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994].
Berdasarkan Alkitab yang sama-sama diterbitkan oleh LAI, dan sama-sama tahun 1994, maka terdapat perbedaan yang mencolok. Satu dikatakan bahwa yang haram dimakan adalah babi hutan dan yang satu dikatakan bahwa yang haram adalah babi. Mari kita lihat berbagai versi bahasa Inggris.
And the swine, because it parts the hoof and is cloven-footed but does not chew the cud, is unclean to you. {Lev 11:7, THE HOLY BIBLE: REVISED STANDARD VERSION. Copyright 1946, by National Council of Churches of Christ. All rights reserved].
And the swine, though he divide the hoof, and be clovenfooted, yet he cheweth not the cud; he is unclean to you. [Lev 11:7, Authorised Version 1769, King James Version]. Menurut Kamus bahasa Inggeris John M. Echols, swine berarti BABI dan bukan BABI HUTAN. Bahkan menurut Bible in Basic English dikatakan: And the PIG IS UNCLEAN to you, because though the horn of its foot is parted, its food does not come back. [Lev 11:7, Bible in Basic English, 1994].

3) DELAPAN BELAS TAHUN ATAU EIGHT YEARS ?
Yoyakhin berumur DELAPAN BELAS TAHUN pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan sepuluh hari lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. (2 Tawarikh 36:9, Alkitab Terjemahan Baru (TB),Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994].
Menurut ayat Alkitab diatas dikatakan bahwa Yoyakhin berumur 18 tahun pada waktu jadi raja. Tapi menurut versi Inggris :
Jehoiachin was EIGHT YEARS old when he began to reign, and he reigned three months and ten days in Jerusalem: and he did that which was evil in the sight of the LORD. [2 Chronicles 36:9, Authorised Version 1769, King James Version].
Jehoiachin was EIGHT YEARS old when he began to reign, and he reigned three months and ten days in Jerusalem. He did what was evil in the sight of the LORD. [2 Chronicles 36:9, RSV 1965, by National Council of Churches of Christ. All rights reserved].
Para penterjemah Alkitab Indonesia berani mengubah eight years menjadi 18 tahun agar ayat itu tidak bertentangan dengan :
Yoyakhin berumur DELAPAN BELAS TAHUN pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Nehusta binti Elnatan, dari Yerusalem. [2 Raja 24:8, Alkitab Terjemahan Baru (TB),Copyright Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994].
4) 800 ATAU 300 ?
Inilah nama para pahlawan yang mengiringi Daud: Isybaal, orang Hakhmoni, kepala triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan DELAPAN RATUS orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran. (2 Samuel 23:8).
Inilah daftar para pahlawan yang mengiringi Daud: Yasobam bin Hakhmoni, kepala triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan TIGA RATUS orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran. (1 Chronicles 11:11).
5. NYAMUK ATAU LALAT?
Perhatikan bagian yang di beri kotak merah pada foto di bawah ini, bagaimana bisa kata “LALAT” pada Kitab bahasa sehari-hari bisa menjadi “NYAMUK?” pada  Kitab terjemahan baru, sejak kapan LALAT = NYAMUK?. Lihat deh foto aslinya:

Tidak ada komentar: