Manusia adalah
makhluq yang memiliki fitrah agama, sebagaimana manusia memiliki fitrah
makan, tidur, nikah dan bersosial, namun dari sekian banyak fitrah yang
terdapat dalam diri manusia fitrah agamalah yang terpenting untuk
diprioritaskan sehingga menjadikan kehidupan manusia itu sendiri damai dan
tentram dengan fitrah keagamaanya, karena pada dasarnya semua jiwa yang ada
dimuka bumi ini semua memiliki fitrah keislaman semenjak manusia dilahirkan
dari rahim ibunya, sebagaimana yang telah disabdakan Rasululloh saw dalam
hadistnya : “semua yang terlahir dimuka bumi ini dalam kondisi fithrah maka
kedua orang tua-nyalah yang menjadikan mereka beragama yahudi, nashrani, dan
majusi “ ( hadist ) dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya
untuk beribadah kepadaKu” (surat Adz-dzariyaaat) Manusia adalah makhluq yang
memiliki fitrah agama, sebagaimana manusia memiliki fitrah makan, tidur,
nikah dan bersosial, namun dari sekian banyak fitrah yang terdapat dalam diri
manusia fitrah agamalah yang terpenting untuk diprioritaskan sehingga
menjadikan kehidupan manusia itu sendiri damai dan tentram dengan fitrah
keagamaanya, karena pada dasarnya semua jiwa yang ada dimuka bumi ini semua
memiliki fitrah keislaman semenjak manusia dilahirkan dari rahim ibunya,
sebagaimana yang telah disabdakan Rasululloh saw dalam hadistnya : “ semua
yang terlahir dimuka bumi ini dalam kondisi fithroh maka kedua orangtuanyalah
yang menjadikan mereka beragama yahudi, nashrani, dan majusi “ ( hadist ) Berdasarkan
hadist diatas kita sebagai umat Islam seharusnya bangga bahkan harus percaya
diri sekaligus mampu mengimpelentasikannya dalam prilaku sehari-hari, dengan
menampilkan identitas diri sebagai muslim kaffah sebagaimana salah satu visi
Islam yaitu
membawa kedamaian dimanapun muslim itu berada. Dalam kaitan kali
ini sepertinya kita lazim sebagai orang yang dilahirkan dalam kondisi Islam
untuk mengetahui lebih dalam tentang agama yang menempel dalam diri kita
sehingga kita tidak hanya berpredikat orang Islam tapi lebih dari itu harus
menjadi seorang yang muslim kaffah seorang yang tidak hanya berbicara Islam
tapi tidak berprilaku islami, juga tidak hanya bermulut Islami tapi berhati
durjani, sehingga marilah kita review kembali pemahaman kita tentang Islam
yang begitu indah untuk disimak, enak didengar, ni`mat dirasa, serta nyaman
dihati, namun karena luasnya pemabahasan tentang Islam, maka disini mungkin
hanya diulas sebatas bahasa, itupun dengan tulisan penulis yang sangat
terbatas kemampuannya. Islam dalam arti bahasa “ damai� “selamat�
“tentram� dan orang yang memeluk agama Islam maka disebut muslim yaitu
orang yang memeluk agama damai, selamat dan tentram, maka kewajiban seorang
muslim harus memiliki bahasa, ucapan dan prilaku yang membawa kedamaian,
menjaga keselamatan jauh dari sangkaan serta membawa ketentraman sehingga
menyenangkan siapapun yang melihatnya, seorang muslim harus bersikap kritis,
aktif, dinamis dan inovatif, jauh dari kejumudan, perhelatan dan
persinggungan. Islam menurut ulama terdahulu yaitu “agama atau aturan yang
harus dipatuhi yang memiliki nilai kebenaran tanpa kita meragukannya
sedikitpun, juga agama yang kekal sepanjang masa sejarah umat manusia, syamil
(universal), kaamil mutakaamil(sangat sempurna jauh dari kekurangan) yang
meliputi segala macam aspek kehidupan manusia,diberikan aturan tersebut hanya
kepada orang yang memiliki akal sehat dan luus, tidak lain untuk kebahagian
manusia didunia maupun diakherat kelak. Dari definisi diatas kita sebenarnya
sudah sering mendengarnya bahkan mampu menghapalnya dalam hitungan detik atau
menit, namun dalam hal ini kita tidak hanya dituntut untuk tahu dan kemudian
dilupakan begitu saja, namun Islam mengajarkan kita untuk mengimplementasikan
semua yang kita ketahui berupa amalan yang memiliki nilai ibadah sekaligus
menentramkan manusia dimanapun berada, disamping dari hal yang didefinisikan
diatas Islam masih memerlukan bukti kemusliman seseorang yaitu menjadi rukun
yang menempel secara otomatis ketika dia muslim dengan berupa pengamalan
rukun Islam yang lima dengan dilandasi rukun iman yang enam yang telah
tertanam jauh sebelum kita memahaminya. Akhirnya, marilah kita yang sejak
kecil dididik dalam kondisi iman kepada Allah swt, Malaikat-malaikat Nya,
Kitab-kita Nya, rsaul-rasul Nya, hari akhirat serta qodho dan qodar Nya,
sekaligus sudah mengamalkan kewajiban rukun Islam yang lima dengan kemampuan
sesuai yang kita miliki masing-masing dengan kondisi diatas kita bersyukur
dengan memperbaiki semua prilaku kita dalam kehidupan ini, sehingga kita
tidak termasuk orang-orang yang kufur ni`mat. Sebelum mengakhiri susunan
kata-kata ini, marilah kita merenung sejenak betapa besarnya karunia Allah
swt yang telah diberikan kepada kita, sehingga dari sekian besarnya karunia
Allah swt, sudikah kita sisipi waktu untuk mengingat kekuasaan Allah swt
dalam hari-hari kosong kita? Sudikah mata yang kita pakai seharian untuk
melihat indahnya alam ini kita sisipkan untuk melihat Kalamullah( Al-Qur`an
)? Sudikah telinga yang kita pakai sejak bangun hingga tidur kembali kita
sisipi untuk mendengarkan perintah Allah serta nasehat-nasehat kebaikan untuk
diri kita? Sudihkah kita sedikit mengerutkan kening untuk memikirkan
kekuasaan Allah swt? Dan banyak lagi pertanyaan yang wajib dijawab dalam
setiap diri pribadi muslim kaffah Sesungguhnya semua manusia sejak dari Nabi
Adam hingga kiamat nanti dalam keadaan merugi, kecuali hanyalah orang-orang
yang beriman (namun tidak hanya beriman ) sekaligus diaplikasikan dalam
bentuk amalan-amalan yang sholih Sesuai dalam surat Al-ashr Wallahu `a`lam
bishowaab…… *** |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar