Raden Said Soekanto sendiri, yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit tersebut, merupakan Kepala Kepolisian RI pertama yang menjabat pada tahun 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959.
Yang tidak diketahui khalayak luas, tokoh kelahiran Bogor, Jawa Barat, 7 Juni 1908 ini, ternyata juga seorang tokoh Freemasonry Indonesia.
Di tahun 1952, saat masih menjabat sebagai Kapolri, Jenderal (Pol) Soekanto juga aktif menjabat sebagai Suhu Agung (Grandmaster) dari Timur Agung Indonesia atau Federasi Nasional Mason Indonesia. Dia memimpin dari Loji Indonesia Purwo Daksina. Dia juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Raden Saleh, yang merupakan penerusan dari Carpentier Alting Stichting.
Data ini dipaparkan oleh DR. T. H. Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya berjudul “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962”, yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Sinar Harapan dalam jumlah yang sangat terbatas.
Konon, buku ini hanya dicetak 5. 000 eksemplar dan dibagi-bagikan kepada seluruh mantan tokoh Freemason di Indonesia.
Selain RS Soekanto, tokoh-tokoh Mason Indonesia menurut buku tersebut—yang dilengkapi foto-foto ekslusif sebagai buktinya—banyak menyangkut nama-nama terkenal seperti Sultan Hamengkubuwono VIII, R. A. S Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, Paku Alam VIII, R. M AAA Tjokroadikoesoemo, DR Radjiman Wedyodiningrat, dan banyak pengurus organisasi Boedhi Oetomo.