Berulang
kali Allah swt. memperingatkan bangsa Yahudi atau Bani Israil agar bersyukur
atas nikmat yang telah mereka rasakan. Berulang kali pula mereka diperintah
agar benar-benar menjadi bangsa yang beriman dan bertakwa. Seperangkat alat
telah mereka miliki. Segudang keistimewaan pun telah mereka kantongi. Namun,
apa pun bentuk keistimewaan yang ada pada mereka, tak membuatnya berpikir.
Padahal
bila mereka merenungkan apa yang telah teralami pada masa-masa lalunya
seharusnya membuat mereka lebih tahu diri. Fir’aun dan tangan-tangan kanannya
kala itu membuat mereka tak berkutik sedikit pun. Dengan kekuasaannya, Fir’aun
menjadikan Bani Israil sebagai manusia tak berguna dan hina. Selama mereka
hidup di bawah kekuasaan Fir’aun senantiasa hidup dalam siksaan dan penghinaan.
Dalam
kondisi seperti itu, Allah swt. mengutus seorang Rasul, Musa As, yang lahir dan
tengah-tengah mereka. Musa dengan kekuatan yang dianugrahkan kepadanya mencoba
menerobos membongkar segala bentuk kecongkakan Fir’aun dan
pembesar-pembesarnya. Tak pelak, mengangkat harkat derajat orang-orang lemah
yang mayoritas terdiri dan bangsa Bani Israil.
Ternyata
Fir’aun yang sudah kerasukan harta dan tahta, tak membuatnya bergeser sedikit
pun dari ajakan dan ancaman Musa sa. Bahkan justru arogansi kekuasaannya
semakin menjadi-jadi. 1a bersikeras dan berjanji akan menghabisi siapa saja
yang tak mengikuti kehendak nafsunya.
Dengan
kesombongannya, ia berkata di depan rakyatnya, “Ya kaumku: Bukankah aku yang
berkuasa di Mesir ini? Sungai itu mengalir di bawah pengaruhku. Apakah semua
itu tidak kamu lihat Apakah kamu tidak melihat bahwa aku ini lebih baik dan
orang yang hina itu? Akibat kesombongan yang sudah maksimal inilah, Allah
sedikit memberikan teguran dengan bermacam-macam keanehan yang membuat mereke
kewalahan. Nasib tak dapat dipungkiri malang tak dapat dihadang. Adzab pun
turun menimpa Mesir dan penduduknya. Demikianlah, jika Allah menurunkan
siksa-Nya atas suatu bangsa, ‘semua akan melihatnya bahwa merasakannya tak
luput Bani Israil pun ikut terhanyut di dalamnya.
Mesir, yang
terkenal subur mamur yang dihiasi dengan tanaman-tanaman mengelilingi serta
sungai yang terbentang panjang dan
Iebarnya yang mengairi seluruh
perkebunan, kini semuanya di luar dugaan Krisis ekonomi mulai merebak,
persediaan makanan pun berkurang. sungai Nil yang berabad-abad mengalir menjadi
kering, sehingga tak dapat lagi memenuhi kebutuhan tanaman dan perkebunan.
Kematian dari hari ke hari mulai meningkat.
Kondisi
yang demikian parahnya ditambah lagi dengan topan hujan yang cukup dahsyat.
Bukan untuk mengairi sungai dan tanaman, tetapi untuk menambah kesengsaraan
mereka. Tak cukup sekedar itu, Allah menurunkan lagi belalang dan kutu-kutu
yang membuat mereka geli dan lebih ketakutan, sehingga tak terdapat satu rumput
pun yang mau hidup.
Tak ada
istilah kepalang bagi Allah, Ia menurunkan lagi katak-katak dengan jumlah yang
tak mungkin terhitung. Kutu-kutu, belalang dan katak-katak membanjirii
rumah-rumah mereka. Dan mulai dapur hingga tempat tidur tak pelak dihuni oleh
binatang-binatang kecil yang sering disepelekan orang. Akhirnya bermacam
penyakit pun tak dapat dihindari. Mereka tak kuasa menahan siksa seperti ini.
Mulutnya mengeluarkan darah serta hidungnya bercucurah nanah.
Kala itulah
sebagian besar Bani Israil menghadap kepada Musa sambil memohon agar ia berdo’a
kepada Tuhannya untuk keselamatan mereka. “jika engkau dapat menghilangkan
siksa yang cukup hebat ini dengan do’amu itu, kami akan beniman kepadamu dan
golongan Bani Israil akan bersama-sama denganmu.” Janji mereka kepada Musa.
Musa
sebagai orang pembela kaum lemah terhenyut dadanya. Percaya penuh bahwa mereka
benar-benar sadar dan insaf. Benar-benar akan beriman dan menyembah Allah. Ia
pun berdo’a agar segala apa yang menimpa mereka sebagai siksa dihentikan Do’a
Musa pun dikabulkan.
Selanjutnya
Musa membawa bangsa Bani Israil ke tempat-tempat yang lebih aman tentram
setelah lepas dan kelaran Fir’aun dan balatentaranya. Hingga Sampailah di
sebuah daerah, Thur Sina, di ujung sebelah Utara Lautan Merah. Di sini Musa
berharap agar kehidupan mereka berjalan dengan baik jauh dan kekacauan dan
senantiasa ada dalam aturan. Karenanya Musa memohon kepada Allah agar
diturunkan kepadanya sebuah Kitab sebagal pedoman hidup Bani Israil yang ada di
bawah bimbingannya.
Permohonan
Musa pun dikabulkannya namun dengan syarat ia harus menemul Tuhannya di puncak
gunung Thur Sina. Akhirnya Musa pun berangkat dengan memerintahkan terlebih
dahulu 70 orang dan mereka agar berangkat lebih dahulu. Ia akan menyusul di
belakang. Tak lupa ia pun memberikan amanat kepada saudaranya yang sama-sama
sebagi nabi Allah, yaitu: Harun As. agar menjaga kaum yang ditinggalkan.
Ternyata
dari hari ke hari kaum yang ditinggalkannya mulai merasa ragu akan
kepulangannya kembali Musa ke tempat meraka. Harun mencoba menasihatinya agar
mereka benar-benar percaya dan bersabar. Ternyata dalam keadaan seperti inilah
dimanfaatkan oleh Samiri salah seorang pengikut yang berhati buruk dan pandai
bicara.
Samiri
dengan keahliannya membuat patung anak sapi jantan mempengaruhi kelemahan
teman-temannya dan akhirnya cita-cita Samiri terlaksanakan juga. Patung
tersebut disembah, dan itulah Tuhan kata mereka sebagai keberhasilan Samiri.
Ditambah lagi dengan sihirnya, patung itu dapat bersuara. Semakin sesatlah Bani
Israil yang ditinggalkan Nabi Musa kala itu.
“Hai
kaumku, kamu telah difirnah dengan adanya patung itu. Tuhanmu yang sebenarnya
adalah Ar-Rahman, ikutilah akan kataku dan taatilah akan perintahku.” Harun
mencoba memperingatkan merek
Peringatan
Harun ini dijawab serentak oleh mereka, “Kami tidak aka berhenti menyembahnya,
sampai datangnya Musa kembali kepada kami.”
Harun terus
menasihati terutama terhadap mereka yang belum tersesat. Dan ia pun mulal
khawatir terjadi kekacauai antara yang setia dan yang tidak.
Musa yang
sedang beribadah d hadapan Tuhannya segera mendapat wahyu tentang kondisi
kaumnya. Selama ditinggalkan empat puluh hani, banyak yang bergeser ke arah
yang sesat. Akhirnya dengan segera Musa kembali menemui kaumnya. Dengan mukanya
yang merah-padam gelora amarahnya muncul ternyata kaumnya sedang menari-nari
sambil mengelilingi patung yang mereka sembah.
“Kenapa
engkau biarkan mereka sesat seperti ini, mengapa engkau tidak menjalankan apa
yang sudah kuperintahkan, tidakkah engkau padamkan api yang sedang bergejolak
yang menimbulkan kejahatan dan kekafiran?” Tukas Musa kepada Harun sambil
memegang kepala dan janggutnya.
Setelah
terjadi dialog antara Musa dan Harun, akhirnya Musa menanyakan apa maksud
tindakan Samiri yang telah menyesatkan ini. Dengan lantangnya Samiri menjawab,
“Saya mendapat akal yang tidak diperoleh mereka. Kuambil sekepal tanah bekas
jejak rasul, IaIu kutiupkan dengan kepandaian sihirku, karena demikianlah yang
disenangi oleh nafsuku.”
Selain
Samiri, akhirnya mereka juga diperintahkan membunuh diri mereka sendiri sebagai
syarat tobat mereka. hal ini dinyatakan jelas dalam firman-Nya: “Dan (ingatlah)
ketika Musa berkata kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah
menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak sapi (sembahanmu),
maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal
itu adalah lebih baik di sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan
menerima taubatmu.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
penyayang.” (QS. AI-Baqarah: 54).
Sebagian
orang menafsirkan bahwa “membunuh dirimu” dalam ayat di atas adalah orang-orang
yang tidak menyembah anak sapi itu membunuh orang yang menyembahnya. Ada pula
yang mengartikan orang yang menyembah patung tersebut saling membunuh diantara
mereka, dan ada pula yang mengartikan mereka disuruh membunuh diri mereka
sendiri untuk bertaubat. (AI-Quran dan Tarjamahnya).
Mengambil Ibrah
Bani Israil
merupakan suatu bangsa yang banyak menerima kelebihan dibanding bangsa
lainnya. Salah satunya adalah banyak para nabi dan rasul ditengah-tengah
mereka, nabi Musa dan Harun di antaranya. Namun sayangnya mereka hanya butuh
pimpinan dan bimbingan tapi tak butuh aturan terlebih lagi yang bertentangan
dengan kehendak mereka.
Bangsa dan
golongan manusia manapun manakala mereka ingkar terhadap kebenaran akan
menerima azab langsung atau tidak. Terlebih lagi bila para penguasanya
memperlihatkan arogansi kekuasaan dan kekuatannya maka semakin membuka lebar
adzab tiba.
Taubat nasional
dalam ukuran tertentu merupakan keharusan manakala mayoritas sebuah penduduk
berharap taubat. ini dapat-terambil dan taubatnya orang-orang yang menyembah
patung anak sapi tersebut. Mereka serentak bertaubat kecuali Samiri.
Dalam
situasi dan kondisi masyarakat resah dan banyak keraguan, akan ada orang-orang
yang bermental Samiri. Mereka akan membuat situasi semakin parah dan tak
menentu. Biasanya mereka terdiri dan orang-orang yang pandai bicara dan pandai
merayu yang kemudian memotivasi orang lain agar mengikuti kehendaknya yang
menyesatkan.
1 komentar:
bangsa yang membunuh nabinya
Posting Komentar